You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
A<br />
B<br />
Kuburan<br />
Belanda di<br />
Benteng<br />
Speelwijk.<br />
Sisa pemandian<br />
di Surosowan.<br />
rASA KEINGINTAHUAN saya akan wajah<br />
Banten Lama akhirnya terpenuhi ketika<br />
saya dan teman-teman dari Jayatara,<br />
sebuah komunitas pecinta budaya dan arkeologi<br />
yang saya dirikan, berangkat ke Banten Lama.<br />
Sebelumnya, saya sudah mengumpulkan<br />
informasi dari internet tentang tempat-tempat<br />
yang harus kami datangi di Banten Lama.<br />
Setelah bertemu di tempat yang disepakati,<br />
dengan dipandu Salim, seorang teman<br />
kami yang keturunan Tionghoa dan pernah<br />
berkunjung ke Klenteng di Banten Lama, kami<br />
masuk ke tol jurusan Merak. Setelah kira-kira 1<br />
jam, kami keluar di pintu tol Cilegon Timur.<br />
Tak butuh waktu lama hingga kami sadar bahwa<br />
kami mulai memasuki wilayah Banten Lama.<br />
Jalan yang semula lebar perlahan-lahan menyempit<br />
dengan banyak lubang di beberapa tempat. Rumahrumah<br />
penduduk kian sedikit dan digantikan oleh<br />
kebun-kebun di kanan dan kiri jalan.<br />
Setelah melewati sebuah belokan, pemandangan<br />
digantikan dengan sebuah lapangan rumput luas dan<br />
tembok tinggi besar yang terpisah sebuah sungai lebar.<br />
Ini pastilah benteng Belanda satu-satunya di Banten<br />
yang bernama Speelwijk.<br />
Sejarah mencatat bahwa Speelwijk pertama kali<br />
didirikan oleh Belanda pada tahun 1682 di masa<br />
pemerintahan Sultan Abu Nasr Abdul Kahar, anak dari<br />
Sultan Ageng Tirtayasa. Pembangunan benteng ini<br />
menandai upaya awal Belanda untuk mengendalikan<br />
kesultanan Banten dan kota Banten Lama yang<br />
dulunya merupakan kota bandar yang ramai.<br />
EDISI 65 | JULI 2016 |