You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
DESTINATION<br />
77<br />
G<br />
H<br />
Menelusuri Gua di Sombori<br />
Setelah menjelajahi beberapa lokasi di Labengki, saya kembali<br />
berlayar dengan perahu motor. Kali ini saya harus berlayar<br />
‘lintas propinsi’ menuju Sombori di Sulawesi Tengah. Meskipun<br />
di propinsi yang berbeda, kedua pulau tersebut berjarak<br />
sangat dekat, hanya sekitar 45 menit perjalanan menggunakan<br />
perahu motor.<br />
Beberapa gua besar dapat ditemukan di Sombori. Gua pertama<br />
yang saya kunjungi adalah Gua Alo. Gua ini merupakan rumah<br />
dari ribuan kelelawar yang bersarang di langit-langit gua.<br />
Suara decitan kelelawar pun terdengar ketika saya memasuki<br />
mulut gua. Gua kedua yang saya kunjungi adalah Gua Berlian.<br />
Konon, gua ini mendapatkan namanya dari pancaran stalaktit<br />
yang bersinar apabila tersapu cahaya, layaknya sebuah<br />
berlian. Gua ini diyakini memiliki cerita sejarah yang sangat<br />
panjang, karena terdapat berbagai bukti bahwa manusia<br />
pernah mendiami gua ini pada masa lampau. Bahkan,<br />
sebelumnya pernah ditemukan tulang belulang manusia yang<br />
diyakini merupakan para penghuni gua ini.<br />
I<br />
Tulang belulang tersebut sudah tidak ada ketika saya berkunjung<br />
disana. Namun yang menarik adalah ditemukannya cangkangcangkang<br />
kerang yang menumpuk di lantai gua. Saya menjadi<br />
ingat informasi tentang Kjokkenmodinger, yakni istilah untuk<br />
sampah dapur berupa kulit kerang atau siput yang telah<br />
menumpuk sehingga membentuk fosil.<br />
| EDISI 77 | JULI <strong>2017</strong>