22.06.2017 Views

Sriwijaya Magazine Juli 2017

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

90<br />

TRAVELLER STORY<br />

udara panas Pulau Wangi-Wangi<br />

langsung menerpa wajah begitu<br />

saya menuruni tangga pesawat.<br />

Wangi-wangi adalah salah satu pulau di<br />

Taman Nasional Wakatobi diantara tiga pulau<br />

utama lainnya yaitu, Pulau Kaledupa, Pulau<br />

Tomia dan Pulau Binoko yang kemudian<br />

disingkat menjadi Wakatobi. Kepulauan yang<br />

dulunya terkenal dengan nama Kepulauan<br />

Tukang Besi ini merupakan pemekaran<br />

dari kabupaten Buton. Pulau Wangi-Wangi<br />

menjadi pusat administratif dari keseluruhan<br />

pulau-pulau tersebut. Wangi-Wangi telah<br />

befasilitas lengkap seperti ATM, penginapan<br />

dan minimarket. Tidaklah heran pemerintah<br />

daerahnya terus bersolek untuk membenahi<br />

diri karena Pulau Wangi-Wangi menjadi<br />

gerbang utama untuk eksplorasi Taman<br />

National Wakatobi.<br />

Awalnya saya pikir Wakatobi itu hanya<br />

gugusan pulau-pulau yang bisa dikelilingi<br />

dengan berjalan kaki, namun perlu<br />

menyeberang menggunakan kapal<br />

untuk menikmati satu pulau ke pulau<br />

lain. Setiap hari ada kapal umum yang<br />

melayani penyeberangan menuju ketiga<br />

pulau lainnya. Ada dua macam kapal<br />

yaitu kapal cepat dan kapal kayu, cukup<br />

sesuaikan dengan waktu dan budget saja.<br />

Di Pulau Wangi-Wangi sendiri misalnya<br />

letak pelabuhan untuk kapal cepat berada<br />

di desa Pangulubelo dan untuk kapal<br />

kayu berada di Desa Mola. Dengan kapal<br />

cepat jarak yang di tempuh dari Wanci –<br />

Kaledupa hanya memakan waktu 1 jam<br />

sedangkan bila menggunakan kapal kayu<br />

waktu tempuhnya adalah 2 jam.<br />

Wakatobi sekarang tidak hanya dikenal<br />

sebagai tempat impian untuk menyelam.<br />

Untuk mereka yang menyukai wisata<br />

budaya, mengunjungi Suku Bajo yang hidup<br />

di tengah lautan merupakan kegiatan yang<br />

tidak kalah menarik. Suku Bajo yang lebih<br />

dikenal sebagai pengembara laut (sea<br />

nomads) telah hidup di laut bebas selama<br />

berabad-abad. Pada awalnya mereka<br />

hidup nomaden di tengah laut dan banyak<br />

di temukan di perairan Selat Makasar,<br />

Teluk Bone, daerah NTT, Kepulauan<br />

C<br />

EDISI 77 | JULI <strong>2017</strong> |

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!