02.04.2013 Views

S2 PLOD UGM (2003), Kajian Resolusi Permasalahan Papua

S2 PLOD UGM (2003), Kajian Resolusi Permasalahan Papua

S2 PLOD UGM (2003), Kajian Resolusi Permasalahan Papua

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>S2</strong> <strong>PLOD</strong> <strong>UGM</strong> (<strong>2003</strong>), <strong>Kajian</strong> <strong>Resolusi</strong> <strong>Permasalahan</strong> <strong>Papua</strong> dari Aspek Politik, Hukum dan Pemerintahan<br />

mengambangnya status pembentukan MRP yang merupakan lembaga utama dalam<br />

pelaksanaan otonomi khusus. Belum terbentuknya MRP ini berakibat pada tertundanya<br />

beberapa rancangan peraturan daerah khusus (Raperdasus). Ketiadaan Perdasus sendiri,<br />

menimbulkan terhambatnya implementasi kebijakan dalam tingkat daerah.<br />

Adanya ketidaksinergisan pelaksanaan otonomi khusus di level birokrasi daerah,<br />

telah memunculkan suatu “negative image” bahwa Otonomi khusus ternyata hanya<br />

sekedar memindahkan tradisi sentralistis Jakarta ke Jayapura. Pandangan ini<br />

menimbulkan pertentangan antara pemerintah Provinsi dengan kabupaten dalam<br />

penerapan otonomi khusus.<br />

C. Kelambanan dan Keraguan Implementasi Kebijakan<br />

Menghadapi permasalahan-permasalahan yang berkembang di <strong>Papua</strong>, pemerintah<br />

pusat telah menerapkan berbagai macam peraturan perundangan. Selain terdapat<br />

permasalahan konsistensi yuridis dan komunikasi politik yang telah dikemukakan di atas,<br />

juga terdapat permasalahan implementasi. Banyak indikasi yang menunjukan kelambanan<br />

implementasi kebijakan.<br />

Kelambanan serta keraguan implementasi kebijakan pemerintah pusat mengenai<br />

<strong>Papua</strong> baik UU No. 45 Tahun 1999 maupun UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi<br />

khusus disebabkan karena ketiadaan peraturan pelaksana di tingkat pusat untuk<br />

menunjang pelaksanaan kedua UU tersebut di daerah. Dampaknya kemudian terjadinya<br />

kemandegan dalam proses implementasi kedua UU tersebut. Beberapa hal yang berkaitan<br />

yang berkaitan dengan kelambanan implementasi kebijakan tersebut antara lain<br />

menyangkut:<br />

1. Pembentukan kelembagaan wilayah pemekaran<br />

Sejak dikeluarkannya UU No 45 Tahun 1999 tentang pemekaran provinsi <strong>Papua</strong>,<br />

pemerintah pusat sama sekali belum menerbitkan peraturan pelaksana yang mengatur<br />

dengan jelas mengenai struktur kelembagaan pemerintah daerah pemekaran. Bahkan pada<br />

Juni tahun 2000 presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan UU No. 5 Tahun 2000<br />

tentang perubahan atas UU No. 45 Tahun 1999. Isinya antara lain membatalkan<br />

pelaksanaan pemilihan umum lokal untuk pengisian keanggotaan DPRD provinsi Irian<br />

36

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!