02.04.2013 Views

S2 PLOD UGM (2003), Kajian Resolusi Permasalahan Papua

S2 PLOD UGM (2003), Kajian Resolusi Permasalahan Papua

S2 PLOD UGM (2003), Kajian Resolusi Permasalahan Papua

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>S2</strong> <strong>PLOD</strong> <strong>UGM</strong> (<strong>2003</strong>), <strong>Kajian</strong> <strong>Resolusi</strong> <strong>Permasalahan</strong> <strong>Papua</strong> dari Aspek Politik, Hukum dan Pemerintahan<br />

daerah 47 . Tak pelak kemudian pemahaman kebijakan yang muncul lebih direduksi dari<br />

persepsi subyektif beberapa orang saja. Kondisi di atas juga memunculkan sikap saling<br />

tidak percaya antara masyarakat <strong>Papua</strong> dan pihak pemerintah Pusat 48 .<br />

Hasil survey di lapangan memperlihatkan kondisi pemerintah daerah <strong>Papua</strong> saat<br />

ini seakan merepresentasikan perpecahan dan konflik kepentingan yang terjadi di <strong>Papua</strong>.<br />

Hal ini terlihat pada saat wawancara responden sering menceritakan perbedaan persepsi<br />

antara Gubernur dan Sekretaris Daerah dalam memaknai kebijakan pemekaran maupun<br />

otonomi khusus. Kondisi ini sebenarnya secara langsung memperlihatkan ketidaksamaan<br />

pemahaman dan persepsi terhadap berbagai kebijakan tentang papua yang ada 49 .<br />

Muncul perbedaan pendapat diantara kedua pejabat tersebut di atas di tengarai<br />

sebagai muara dari politik devide et impera yang dilakukan kelompok tertentu 50 . Adapun<br />

temuan lapangan terhadap respon pemerintah daerah merujuk pada beberapa hal sebagai<br />

berikut :<br />

Tidak ada upaya untuk memformat organisasi sedemikian rupa sehingga<br />

mengoptimalkan agenda otonomi khusus. Satu-satunya pengecualian adalah dibentuknya<br />

Badan yang mengurusi kerjasama dengan pemerintah PNG (<strong>Papua</strong> New Guinea), dan<br />

lembaga ini hanya mengurusi kerjasama di bidang perdagangan.<br />

Selanjutnya perhatian masyarakat banyak yang terserap pada dana otonomi<br />

khusus yang diberikan oleh pemerintah. Selanjutnya agenda kebijakan pemerintah untuk<br />

mengatasi masalah utama pembangunan di <strong>Papua</strong> “hanya” mengandalkan dana otonomi<br />

khusus. Kondisi ini lebih disebabkan dana PAD (pendapatan asli daerah) sangat sedikit<br />

dibanding dana otonomi khusus.<br />

47 Makalah Barnabas Suebu (mantan Gubernur dan Dubes RI); Salah satu dari 6 masalah<br />

pokok yang dihadapi dalam mengimplementasikan UU Otonomi khusus <strong>Papua</strong>. Disampaikan<br />

dalam Evaluasi 1 tahun Otonomi khusus <strong>Papua</strong>.<br />

48 Hal ini sangat beralasan karena pengalaman sejak pengintegrasian Irian Barat ke dalam<br />

NKRI, masalah-masalah <strong>Papua</strong> tidak pernah terselesaikan dengan baik sehingga sebagian besar<br />

orang papua tidak percaya bahwa UU Otonomi khusus adalah solusi terbaik. Sebaliknya<br />

sejumlah pejabat pemerintah di pusat tidak percaya dan curiga kepada tokoh-tokoh <strong>Papua</strong>,<br />

seolah-olah keberhasilan Otonomi khusus yang diperjuankannya akan mempercepat <strong>Papua</strong><br />

Merdeka.<br />

49 Wawancara dengan Tabloid Jubi<br />

50 Wawancara dengan Cipto (mantan anggota DPRD)<br />

46

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!