03.05.2013 Views

Halaman 40 - Badan Pemeriksa Keuangan

Halaman 40 - Badan Pemeriksa Keuangan

Halaman 40 - Badan Pemeriksa Keuangan

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

TEMPO DOELOE<br />

gyakarta.<br />

Sebagai ketuanya dipilih<br />

R. Soerasno, yang sebelumnya<br />

menjabat sebagai Ketua BPK<br />

yang pertama. Dia memimpin Dewan<br />

Pengawas <strong>Keuangan</strong> sampai 1957, sebelum<br />

kemudian diganti oleh A. Karim<br />

Pringgodigdo.<br />

Kantor Pusat Dewan Pengawas <strong>Keuangan</strong><br />

berkedudukan di Bogor, yang<br />

notabene kantor dari ARK. Sementara<br />

kantor BPK di Yogyakarta menjadi<br />

Kantor Cabang Dewan Pengawas <strong>Keuangan</strong>.<br />

Dasar hukum Dewan Pengawas<br />

<strong>Keuangan</strong> terdapat dalam Pasal 80<br />

dan 81 UUDS 50. Fungsi dan tugasnya<br />

terdapat pada Pasal 112 dan 116 yaitu<br />

mengawasi dan memeriksa tanggung<br />

jawab keuangan negara. hasil pengawasan<br />

dan pemeriksaan diinformasikan<br />

kepada DPR.<br />

landasan hukum dan pelaksanaan<br />

tata kerja sebenarnya masih<br />

peninggalan masa kolonial Belanda<br />

yaitu Indische Comptabilietswet<br />

(ICW), Indische Bedrijvenswet (IBW),<br />

Indische Staatrecht (IS), dan Intructie<br />

Voor het Algemene Rekenkamer (IAR).<br />

Oleh karena itu, dalam pelaksanaan<br />

tugasnya, Dewan Pengawas <strong>Keuangan</strong><br />

tetap menyelenggarakan fungsi operatif,<br />

rekomendasi, dan yudikatif.<br />

Susunan keanggotaannya terdiri<br />

dari seorang ketua, wakil ketua, dan<br />

tiga orang anggota. Secara realitas<br />

masa itu, susunan keanggotaan tidak<br />

pernah lengkap. hal ini dikarenakan<br />

jabatan anggota dianggap kurang<br />

menarik. Konstalasi itu ditunjukkan<br />

oleh pemberitaan<br />

Dewan Pengawas<br />

<strong>Keuangan</strong> pada<br />

1955.<br />

Setidaknya ada<br />

dua faktor yang<br />

menyebabkan jabatan<br />

anggota kurang<br />

menarik. Pertama,<br />

pelaksanaan tugas<br />

selalu berhadapan<br />

dengan pemerintah.<br />

Pada saat itu,<br />

segalanya belum<br />

tertata dengan<br />

baik. Tentu hal ini<br />

menyulitkan pelaksanaan tugas.<br />

Kedua, ada larangan bahwa anggota<br />

dewan, termasuk ketua dan wakil<br />

ketua, tidak diperbolehkan merangkap<br />

jabatan di pemerintahan juga tidak<br />

boleh melakukan usaha dagang<br />

sehingga dari sisi mata pencaharian<br />

hanya tergantung dari penghasilan sebagai<br />

pegawai negeri.<br />

Sejak berlakunya UUDS 50, Dewan<br />

Pengawas <strong>Keuangan</strong> mengalami perubahan<br />

organisasi sebanyak satu kali.<br />

Perubahan terjadi pada 1958, setelah<br />

terbitnya Surat Keputusan No.3371/<br />

TU/58 tertanggal 7 Agustus 1958.<br />

Isinya, menambah jumlah inspektorat<br />

dari enam menjadi sembilan, yang<br />

disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan<br />

administrasi keuangan<br />

negara.<br />

Sementara struktur organisasi Dewan<br />

Pengawas <strong>Keuangan</strong> pada masa<br />

RIS ini terdiri dari:<br />

1. Unsur Pimpinan, yaitu dewan<br />

yang terdiri atas Ketua, Wakil<br />

Ketua, dan para anggota.<br />

2. Unsur Pembantu Pimpinan,<br />

Sekretaris yang memimpin<br />

Sekretariat Dewan Pengawas<br />

<strong>Keuangan</strong><br />

3. Unsur Pelaksana Pemerik<br />

saan, inspektorat-inspektorat<br />

dan kantor cabang<br />

4. Unsur Penunjang, kepegawai<br />

an, umum, dan keuangan<br />

5. Unsur Pengatur Meja, bagian<br />

yang membantu dewan dalam<br />

menyajikan materi atau masa<br />

lah yang akan dibahas dalam<br />

Sidang Dewan.<br />

Tugas pokok Dewan Pengawas<br />

<strong>Keuangan</strong> adalah memeriksa dan<br />

menguji pengeluaran anggaran dan<br />

menilai perhitungan anggaran negara.<br />

Juga memeriksa anggaran perusahaan<br />

negara, perseroan terbatas, dan yayasan<br />

dimana negara punya kepentingan<br />

di dalamnya.<br />

Sejak tahun 1951, dewan ini juga<br />

melakukan pemeriksaan atas pinjaman<br />

luar negeri. Dalam melaksanakan<br />

pemeriksaannya, Dewan Pengawas<br />

<strong>Keuangan</strong> bersandar pada laporan pemeriksaan<br />

yang diberikan oleh Djawatan<br />

Akuntan Negara.<br />

Dalam hal pemeriksaan, Dewan<br />

Pengawas <strong>Keuangan</strong>, melakukannya<br />

dengan dua cara yaitu cara pemeriksaan<br />

buril dan pemeriksaan di tempat.<br />

hasil pemeriksaan diberitahukan kepada<br />

DPR dalam bentuk Pemberitaan<br />

Dewan Pengawas keuangan yang dibuat<br />

setiap tahun.<br />

Berkaitan dengan pemberitaan tahunan<br />

itu, Dewan Pengawas <strong>Keuangan</strong><br />

tetap memantau bagaimana penyelesaian<br />

hal-hal yang telah diberitahukan<br />

kepada DPR.<br />

Selain itu, dari tataran fungsi yudikatif,<br />

berkaitan dengan tuntutan pebendaharaan<br />

dan tuntutan ganti rugi.<br />

Dewan Pengawas <strong>Keuangan</strong> mewajibkan<br />

semua orang atau badan yang oleh<br />

negara diberi tugas menerima, menyimpan,<br />

membayar, dan menyerahkan<br />

uang atau surat berharga dan barang,<br />

untuk menyampaikan pertanggungjawabannya<br />

kepada Dewan Pengawas<br />

<strong>Keuangan</strong> tentang pengurusan yang<br />

telah mereka jalankan.<br />

Jika ada kekurangan (tekor) atau<br />

penolakan atas pengeluaran tertentu<br />

dalam daftar pertanggungjawabannya,<br />

Dewan Pengawas <strong>Keuangan</strong><br />

dapat melakukan upaya pembebanan<br />

ganti rugi.<br />

Dengan kata lain, Dewan Pengawas<br />

<strong>Keuangan</strong> dapat mewajibkan supaya<br />

orang atau badan membayar kembali<br />

jumlah pengeluaran yang sebetulnya<br />

tidak boleh menjadi beban kas negara.<br />

(and)<br />

50 FEBRUARI 2011<br />

Warta BPK<br />

49 - 50 TEMPO DULU.indd 50 23/02/2011 19:49:25

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!