03.05.2013 Views

Halaman 40 - Badan Pemeriksa Keuangan

Halaman 40 - Badan Pemeriksa Keuangan

Halaman 40 - Badan Pemeriksa Keuangan

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kepastian Ekonomi dan<br />

Lindung Nilai APBN<br />

Oleh : Anggito Abimanyu<br />

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Yogyakarta<br />

PEREkOnOmIAn Indonesia saat ini dan ke depan dipengaruhi<br />

dengan ketidakseimbangan global dan<br />

ketidakpastian. Pada pertemuan tahunan World<br />

Economic Forum (WEF) tahun 2011 di Davos baru-baru<br />

ini, para pemimpin global menggarisbawahi adanya unsur<br />

ketidakpastian dan ketidakseimbangan yang berasal dari<br />

tiga sumber yaitu sektor keuangan, energi, dan pangan.<br />

meskipun bersifat global, akan tetapi ketiganya erat kaitannya<br />

dengan masalah sosial, politik dan kemiskinan dalam<br />

negeri.<br />

korbannya secara khusus adalah negara negara berkembang<br />

yang tidak memiliki sumberdaya yang memadai<br />

untuk mengurangi gejolak perekonmian yang secara langsung<br />

dan tidak langsung mempengaruhinya.<br />

Di sektor keuangan misalnya, krisis utang 2008 terus<br />

berlanjut di Eropa telah mengakibatkan stagnasi perekonomian<br />

di wilayah tersebut. Gejolak kurs dan suku bunga<br />

akan terus terjadi di negara berkembang, apalagi AS dan<br />

China terlibat perang kurs untuk mempertahankan daya<br />

saing ekspornya.<br />

masalah pangan dan energi juga menjadi sorotan yang<br />

cukup tajam oleh banyak pemimpin dunia di Davos. masalah<br />

kenaikan harga pangan dan energi terjadi karena ketidakpastian<br />

produksi dunia. Risiko kegagalan produksi sebagai<br />

akibat perubahan iklim justru akan semakin tinggi.<br />

kenaikan harga pangan dan energi dunia juga disebabkan<br />

adanya reorientasi para pemodal pasar uang ke pasar komoditas<br />

seperti pangan dan energi.<br />

Investasi portofolio pasar uang tidak lagi menarik karena<br />

pelemahan dolar AS, dan modal bermigrasi ke investasi<br />

di bursa komoditas yang harganya terus meningkat.<br />

ketidakpastian dan ketidakseimbangan tersebut menuntut<br />

setiap negara akan melakukan perlindungan atau<br />

asuransi terhadap kemungkinan gejolak perekonomiannya.<br />

Gejolak perekonomian tersebut muncul dari kenaikan<br />

atau perubahan yang tiba-tiba dari nilai tukar, harga energi,<br />

khususnya minyak dan harga pangan dunia seperti beras,<br />

gula dan minyak goreng.<br />

Warta BPK<br />

FEBRUARI 2011<br />

KOLOM<br />

Acapkali negara harus mengorbankan anggarannya,<br />

baik sisi penerimaan maupun pengeluaran untuk menanggulangi<br />

gejolak perubahan harga yang cepat. Dari sisi penerimaan<br />

berupa pencabutan berbagai jenis pajak dalam<br />

negeri, seperti PPn (pajak pertambahan nilai) dan bea<br />

masuk yang menjadi selama ini menjadi unsur harga jual.<br />

Dampaknya, penerimaan menjadi berkurang sebesar PPn<br />

atau bea masuk yang seharusnya ditarik dalam perencanaan.<br />

Sementara di sisi belanja, ketidakpastian akan membuat<br />

APBN harus mengalokasikan dana risiko fiskal yang lebih besar,<br />

baik risiko nilai tukar, suku bunga maupun risiko besaran<br />

belanja dan kemungkinain tambahan belanja subsidi energi<br />

dan pangan agar harga kebutuhan pokok tersebut terjangkau.<br />

Lindung Nilai<br />

Indonesia tidak terkecuali. Gejolak harga, baik nilai tukar,<br />

maupun harga komoditas telah menekan perekonomian<br />

di 2011 dan untuk mempertahankan stabilitas harga,<br />

maka kebijakan fiskal melalui APBN dimanfaatkan menjadi<br />

instrumennya. Namun, respons kebijakan fiskal tersebut<br />

pada umumnya bersifat reaktif dan tidak didasarkan akan<br />

prognosa yang akurat mengenai situasi perkembangan perekonomian<br />

dan harga-harga komoditas.<br />

meskipun sulit untuk melakuan prediksi yang akurat,<br />

idealnya APBn mampu mendisain pengeluaran asuransi<br />

yang berupa lindung nilai terhadap berbagai gejolak harga.<br />

minimal melakukan disain lindung nilai terhadap gejolak<br />

nilai tukar, suku bunga, harga minyak dan harga beras.<br />

Pengeluaran jenis ini mengandung unsur pengeluaran<br />

yang pasti dari premi asuransi, tetapi benefit dalam bentuk<br />

nilai uang belum pasti. Apabila peristiwa yang dilindungi,<br />

misalnya kenaikan harga minyak hingga US$100 per barel<br />

tidak kejadian, tidak ada manfaat langsung yang diperolehnya.<br />

Ibaratnya seperti peribahasa mengatakan ‘sedia payung<br />

sebelum hujan’. Payung harus disediakan, akan tetapi<br />

jika tidak hujan seolah-olah penyediaan payung tersebut<br />

sia-sia. Bahkan, dapat dianggap pemborosan atau pengelu-<br />

45 - 46 kolom anggito.indd 45 23/02/2011 19:44:34<br />

45

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!