You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Aksi petani perempuan<br />
di Kontu Sultra melawan<br />
kekejaman aparat pemda<br />
yang menggusur<br />
lahan adat mereka<br />
Foto: Dok. WALHI<br />
DAUR KETIGA:<br />
PERLUASAN GERAKAN LINGKUNGAN<br />
BEGITU bikin advokasi, sesungguhnya,<br />
WALHI sudah bersentuhan dengan<br />
politik. Ini terutama berdasar pada<br />
penilaian WALHI atas persoalan ling-<br />
kungan di Indonesia. “Pada dasarnya, semua<br />
kerusakan lingkungan diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan<br />
yang sarat dengan kepentingan<br />
politik.” Begitu kira-kira sikap analisis<br />
WALHI saat itu.<br />
WALHI memang selalu kritis pada persoalan-persoalan<br />
politik. Tak ada yang bisa<br />
memungkirinya. Sikap kritis itu bersumber<br />
pada Statuta WALHI yang memberi mandat<br />
untuk menjadi bagian dari upaya keseimbangan<br />
antara pertumbuhan ekonomi dan<br />
perlindungan lingkungan. WALHI sadar, rintangan<br />
terbesar ada di depan mata, yakni<br />
sistem politik Indonesia yang otoriter. Termasuk,<br />
keterlibatan militer yang sangat besar dan<br />
ruang sangat kecil bagi gerakan politik dan<br />
demokratisasi. Pada April 1998, WALHI<br />
kemudian mengubah prioritas enam bulanan<br />
menjadi 70% politik dan 30% re-guler.<br />
Pada Juli 1999, WALHI mendaftar sebagai<br />
Utusan Golongan di MPR. Tujuannya,<br />
agar isu lingkungan hidup dan pengelolaan<br />
sumberdaya alam menjadi isu sentral di parlemen.<br />
Tapi, batal karena anggota WALHI<br />
yang hadir dalam PNLH ke - VII di Banjarmasin<br />
tidak mengijinkan WALHI masuk dalam<br />
parlemen.<br />
“Bumi memang tidak<br />
sebatas pandang<br />
dan udara luas menunggu<br />
namun kalian<br />
tidak bisa menyingkir<br />
kemanapun melangkah<br />
kalian pijak<br />
air mata kami<br />
kemanapun terbang<br />
kalian temukan<br />
air mata kami<br />
kemanapun berlayar<br />
kalian arungi<br />
air mata kami<br />
bahkan nafas<br />
yang kalian reguk<br />
tumbuh dari uap<br />
airmata kami<br />
Kalian sudah terkepung<br />
Tak bisa kemana pergi<br />
Maka menyerahlah<br />
ke dalam airmata kami<br />
Sutardji Calzoum Bachri<br />
Tanah Airmata<br />
GERAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA<br />
57