Inu_Kencana_Safiie_-_IPDN_Undercover - Jogjabelajar.org
Inu_Kencana_Safiie_-_IPDN_Undercover - Jogjabelajar.org
Inu_Kencana_Safiie_-_IPDN_Undercover - Jogjabelajar.org
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
melahirkan saya. Saya pun mengingat, yang paling khas dari<br />
beliau adalah busana ibu-ibu Minangkabau, berkebaya longgar<br />
dan kerudung dililitkan di kepala, berkain sarung dan berjalan<br />
tertatih-tatih. Seperti itulah sosok ibu yang mendampingi saya<br />
selama menjalani masa kanak-kanak.<br />
Suatu saat, saya naik bendi (delman) dan duduk di samping<br />
Pak Kusir, pulang dari kota Payakumbuh menuju Simalanggang.<br />
Walaupun tidak melewati daerah perbukitan,<br />
kenangan saya pada berbagai ngarai (termasuk Ngarai Sianok)<br />
membawa jiwa saya hanyut membawakan lagu Malereng.<br />
Saya memang sedikit pandai bermain saluang (seruling besar<br />
Minangkabau).<br />
Perasaan saya galau. Akan tetapi, saya mencoba menikmati<br />
lagu yang saya nyanyikan sendiri dalam hati itu.<br />
16<br />
malereng tabiang malereng<br />
malereng tabiang nan bakeh lalu<br />
den sangko langik nan lah teleang<br />
kironyo awan nan manggajuju....<br />
joniah aia sungai tonang,<br />
minuman urang Bukik Tinggi,<br />
Tuan kanduang tadonga sonang,<br />
baoklah tompang badan kami 1<br />
Ini ternyata firasat yang terbukti pada kemudian hari.<br />
Kalau dihitung, sejak saya mengenal dunia (dua tahun),<br />
sepuluh tahun kemudian Ayahanda meninggal; dua puluh<br />
tahun kemudian Ibunda meninggal; dan saya pun tinggal<br />
menumpang hidup dengan kakak-kakak. Tiga puluh tahun<br />
kemudian, baru saya menikah; empat puluh tahun kemudian,<br />
saya berhaji ke Mekah tanpa membawa uang; lima puluh<br />
tahun kemudian, saya tercampakkan karena membongkar<br />
kasus di tempat saya bekerja. Apakah enam puluh tahun kemudian<br />
saya akan menemui ajal saya? Sempat merasa takut<br />
saya membayangkannya. Oleh karena itu, saya memohon kepada<br />
Allah untuk menambah usia saya sepuluh tahun lagi agar<br />
dapat menyaksikan pernikahan anak-anak.<br />
Dari Freud saya belajar bahwa trauma masa lalu seseorang<br />
akan merangkai sikapnya setelah dewasa. Malereng tabiang-lah<br />
yang "memodali" saya masuk ke dalam sebuah petualangan.<br />
Kematian sangat menghantui diri saya. Akan tetapi, hal itu<br />
1 Ketika melewati perbukitan tebing; kita telusuri jalan yang bekas kita<br />
lalui; saya kira langit yang sudah miring; rupanya awan mendung yang<br />
menggerombol....; jernih airnya sungai tenang; minuman orang Bukit<br />
Tinggi; kakak kandung kedengarannya berhasil usahanya; bantulah untuk<br />
sekadar menumpang hidup.<br />
17