Inu_Kencana_Safiie_-_IPDN_Undercover - Jogjabelajar.org
Inu_Kencana_Safiie_-_IPDN_Undercover - Jogjabelajar.org
Inu_Kencana_Safiie_-_IPDN_Undercover - Jogjabelajar.org
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Jika tetap menggunakan nama Pak <strong>Inu</strong> sebagai penulis buku<br />
ini, dikhawatirkan muncul opini negatif dari masyarakat.<br />
Sebaliknya, jika menulis ulang buku ini, filsafat hidup, kedalaman<br />
makna, kejujuran bahasa yang dimiliki Pak <strong>Inu</strong> akan<br />
luntur dan kurang bertenaga.<br />
Akhirnya, tim redaksi pun kembali berunding. Kami sangat<br />
yakin, Pak <strong>Inu</strong> tidak sedang mencari popularitas, nama baik,<br />
apalagi lembaran rupiah. Sebab, jika dia menginginkannya,<br />
bukan hal sulit untuk mendapatkannya. Toh, sampai detik<br />
ini, Pak <strong>Inu</strong> sekeluarga masih tetap tinggal di rumah dinas<br />
berkamar dua. Padahal, pegawai dengan golongan Pak <strong>Inu</strong><br />
berhak menempati rumah dinas yang jauh lebih besar.<br />
Sampai detik ini pun, Pak <strong>Inu</strong> masih sering kehabisan pulsa<br />
HP dan susah payah untuk membelinya. Beliau juga masih<br />
bolak-balik mengajar Jatinangor-Banten dengan kendaraan<br />
umum. Beberapa kali, di kantongnya bahkan tidak tersisa<br />
uang untuk ongkos rokok petugas yang setia mengawal ketika<br />
berbagai teror mengancamnya.<br />
Ya, kesederhanaan adalah sebuah pilihan baginya. Artinya,<br />
motivasi materi jelas tidak ada dalam agenda pribadinya saat<br />
menuliskan buku ini. Alasan paling kuat yang tertangkap dari<br />
diri Pak <strong>Inu</strong> adalah, beliau ingin memberi kesaksian. Apa yang<br />
terjadi di <strong>IPDN</strong> berdampak sangat luas dan dia ingin memberi<br />
kesaksian bahwa apa yang pernah dia bongkar haruslah terus<br />
diingat sebagai sebuah pelajaran.<br />
viii<br />
Kelak, ketika koran-koran tak lagi berebut menurunkan<br />
berita tentang <strong>IPDN</strong>. Nanti, ketika televisi-televisi berhenti<br />
"menculik" Pak <strong>Inu</strong> ke studio mereka. Suatu saat, ketika para<br />
politisi tak lagi mengacuhkan Pak <strong>Inu</strong> setelah sebelumnya<br />
ikut sibuk memanfaatkan popularitasnya, buku ini akan tetap<br />
ada dan memberi kesaksian.<br />
Ya, akhirnya kami mantap untuk menerbitkan naskah Pak<br />
<strong>Inu</strong> apa adanya. Dalam artian, orisinalitas naskah Pak <strong>Inu</strong><br />
tidak diotak-atik. Namun, untuk menghubungkan buku ini<br />
dengan informasi terakhir, tim redaksi berpikir perlunya<br />
ulasan kronologi meninggalnya Cliff Muntu, yang lagi-lagi<br />
memunculkan sosok Pak <strong>Inu</strong> sebagai orang yang paling berperan<br />
dalam proses pengungkapannya.<br />
Melengkapi naskah inilah yang kemudian menjadi hal rumit.<br />
Keinginan kami untuk sesegera mungkin menerbitkan<br />
buku ini terbentur pada kesibukan Pak <strong>Inu</strong> yang luar biasa.<br />
Menulis beberapa lembar kronologi pengungkapan kematian<br />
Cliff pun menjadi pekerjaan yang sangat sulit bagi Pak <strong>Inu</strong>.<br />
Tentu saja persoalannya terletak pada waktu.<br />
Berkali-kali editor penerbit mendatangi rumah Pak <strong>Inu</strong><br />
di Jatinangor, dan saat berdiskusi terpaksa berjalan sangat<br />
singkat. Pertemuan pertama dimulai dengan masa menunggu<br />
sampai pukul 23:00, karena Pak <strong>Inu</strong> sedang memenuhi undangan<br />
Mapolda Jabar dan Mapolres Sumedang berturut-turut.<br />
Setelah Pak <strong>Inu</strong> tiba, membincangkan banyak hal sepu-<br />
ix