Laporan Akhir - KM Ristek

-.
Dari ketiga komoditas tersebut, komoditas kedelai nampaknya yang paling sedikit
ditangani karena menyangkut beberapa permasalahan, yakni:
1. Impor kedelai dan masafah tarif impor kedelai,
2. harga kedelai lokal yang kurang rnenarik sehingga kurang menggairahkan petani untuk
menanam kedelai,
3. penyediaan benih bermutu berkaitan dengan sifat benih kedelai yang mudah rusak dan
penangkarannya,
4. Ketersediaan lahan untuk perluasan areal tanam,
5. Tenaga kerja dan permodalan petani.
Tabel 10. Ketersediaan benih kedele bersertifikat per Kabupaten/Kota
d' I P roplnsl . . S umu t T a h un 2009
Jumlah Benih kedele bersertifikat (kg)
No.
Kabupatenl
K 0 t a Jan-April Mei-Agust. Sept.-Des.
1. Deli Serdang 1.160 40.455 1.920
2. Simalungun 50.947 18.925 0
3. Asahan 12.720 79.992 0
4. LangkatJbinje 97.840 109.590 31.100
5. Madina 6.500 6.500 35000
6. Tap Utara 33.900 -
Jumlah 168.008 289.362 68.020
Sumber: BPSB Sumatera Utara, 2009 - 2010 ( setelah diolah)
Ada enam Kabupaten/Kota lokasi penghasil benih kedele di Sumatera Utara. Jika dilihat
sebarannya, sentra produksi benih kedele terbesar di Sumatera Utara adalah Kabupaten
Langkat dengan jumlah kira-kira 38 % dan total produksi, diikuti kabupaten Asahan dan
Simalungun. Benih berseriifikat yang tersedia dibanding luas tanamnya ada 41 %. Dengan
asumsi benih yang tersedia tergunakan seratus persen untuk pertanaman, maka ketersediaan
benih bermutu masih kira-kira hampir separuhnya. Jika ingin meningkatkan ketersediaan benih
menjadi >90 %, maka kekurangan benih jagung bermutu di Sumatera Utara berkisar > 40 %
lagi.
Ketersediaan benih kedele yang tinggi ini dipasok terbanyak oleh PT SHS . Hal ini
dimungkinkan karena mereka menanam berdasarkan permintaan oleh lembaga tertentu. Untuk
23