06.11.2014 Views

Laporan KPPU Tahun 2009

Laporan KPPU Tahun 2009

Laporan KPPU Tahun 2009

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Untuk itu, melalui analisis terhadap industri penerbangan khususnya terkait fuel<br />

surcharge ini, <strong>KPPU</strong> memberikan saran pertimbangan dengan substansi saran :<br />

1. Mengatur pemberlakuan fuel surcharge secara konsisten dengan menggunakan<br />

formula baku, sehingga bisa mengidentifikasi besaran fuel surcharge yang<br />

seharusnya bagi setiap maskapai. Melalui formula tersebut Pemerintah<br />

bisa mendapatkan besaran fuel surcharge setiap maskapai yang menjadi<br />

landasan untuk secara tegas menindak pelaku usaha yang memberlakukan<br />

fuel surcharge tidak sesuai dengan tujuannya. Terkait hal ini, maka Pemerintah<br />

perlu menghitung ulang besaran fuel surcharge setiap maskapai yang berlaku<br />

saat ini, yang didasarkan pada fakta-fakta aktual maskapai, untuk kemudian<br />

memberlakukan besaran tersebut dengan sanksi tegas bagi pelanggarnya.<br />

2. Meninjau ulang kebijakan tarif (Batas Atas Tarif) yang berlaku saat ini,<br />

yang ditetapkan dengan basis perhitungan pada harga avtur Rp 2.700/liter.<br />

Kebijakan tarif diubah dengan menggunakan basis perhitungan harga avtur<br />

aktual. Melalui tarif baru maka fuel surcharge sebagai komponen tarif dapat<br />

dihapuskan. Meskipun demikian, untuk mengantisipasi kenaikan harga avtur<br />

yang signifikan kembali maka Pemerintah juga harus tetap mengatur fuel<br />

surcharge sebagaimana disebutkan dalam butir 1.<br />

Pemerintah merespon saran pertimbangan <strong>KPPU</strong> tersebut, dengan merevisi<br />

kebijakan yang terkait dengan tarif industri penerbangan.<br />

8. Saran Pertimbangan Terhadap Kebijakan Stabilisasi Harga Minyak Goreng<br />

Perkembangan industri minyak goreng beberapa waktu lalu sangat memprihatinkan<br />

dengan terjadinya kenaikan harga yang sangat signifikan. Hal ini terasa ironi<br />

mengingat Indonesia merupakan negara produsen terbesar Crude Palm Oil (CPO)<br />

yang merupakan bahan baku utama minyak goreng.<br />

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah melalui kebijakan stabilisasi harga<br />

antara lain melalui kebijakan Domestic Market Obligation (DMO), Pajak Ekspor<br />

(PE) progresif, PPN ditanggung Pemerintah (PPN-DTP) hingga program kebijakan<br />

MINYAKITA.<br />

Namun dalam perkembangannya ditemukan bahwa intervensi pemerintah dari sisi<br />

input melalui kebijakan DMO dan PE progresif belum mampu mendorong turunnya<br />

harga minyak goreng di pasar domestik. Sementara itu intervensi pemerintah<br />

melalui kebijakan di sisi output yaitu PPN-DTP dan MINYAKITA; juga belum mampu<br />

mendorong turunnya harga minyak goreng di pasar domestik.<br />

<strong>KPPU</strong> menemukan fakta terjadinya fenomena unik yaitu penurunan harga output<br />

yang tidak berimbang dengan penurunan harga input (terjadi asymetric price<br />

transmission/APT), dimana seharusnya harga minyak goreng sebagai output<br />

mengikuti harga input CPO. Dampak dari APT adalah melebarnya margin antara<br />

harga input CPO dengan harga output minyak goreng di pasar domestik.<br />

Memperhatikan kondisi ini <strong>KPPU</strong> kemudian melakukan penelitian, yang akhirnya<br />

menghasilkan saran pertimbangan dengan substansi saran :<br />

<strong>Laporan</strong> <strong>Tahun</strong> <strong>2009</strong><br />

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia<br />

53

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!