17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kebijakan Desentralisasi Fiskal<br />

Bab 5<br />

5.2.4 Pelaksanaan Kebijakan Pinjaman Daerah, Hibah ke<br />

Daerah, dan Investasi Daerah<br />

5.2.4.1 Kebijakan Pinjaman Daerah<br />

Secara nasional, sebagian besar daerah masih menghadapi kondisi ketergantungan sumber<br />

keuangan terhadap dana perimbangan, karena sumber PAD masih terbatas. Sebagian besar<br />

pendapatan daerah tersebut digunakan untuk mendanai belanja pegawai serta belanja barang<br />

dan jasa. Kondisi seperti ini menyebabkan terbatasnya sumber pendanaan untuk pembangunan<br />

infrastruktur daerah.<br />

Pemerintah terus mendorong daerah untuk memanfaatkan alternatif sumber pembiayaan<br />

lain yang dapat digunakan untuk mendanai pembangunan infrastruktur di daerah. Salah satu<br />

alternatif sumber pembiayaan tersebut adalah melalui pinjaman daerah. Pemerintah daerah<br />

dapat melakukan pinjaman daerah yang bersumber dari Pemerintah, pemerintah daerah lain,<br />

lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat melalui penerbitan<br />

Obligasi Daerah. Pemerintah akan memfasilitasi dan mendampingi daerah-daerah yang<br />

memiliki kapasitas fiskal dan kinerja pengelolaan keuangan yang baik untuk menerbitkan<br />

obligasi daerah. Kegiatan fasilitasi dan pendampingan ini terutama ditujukan untuk peningkatan<br />

kapasitas sumber daya manusia di daerah sebagai salah faktor kunci keberhasilan penerbitan<br />

obligasi daerah. Dari segi regulasi telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/<br />

PMK.07/2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.<br />

Untuk menjamin kepentingan Pemerintah Daerah selaku obligor, maupun masyarakat selaku<br />

investor, penerbitan obligasi daerah harus mengacu pada beberapa persyaratan antara lain:<br />

(1) Mendapatkan persetujuan DPRD dan ditetapkan dengan Perda tentang Obligasi Daerah,<br />

guna menjamin adanya komitmen Pemerintah Daerah dan DPRD dalam memenuhi kewajiban<br />

pembayaran obligasi; (2) Membentuk dana cadangan bagi pelunasan obligasi daerah untuk<br />

mengurangi resiko terjadinya gagal bayar (default); dan (3) Mendapat opini Wajar Tanpa<br />

Pengecualian (WTP) atau Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas Laporan Keuangan<br />

Pemerintah Daerah (LKPD).<br />

5.2.4.2 Kebijakan Hibah ke Daerah<br />

Sejak efektif dilaksanakan dalam tahun 2009, hibah ke daerah telah menjadi alternatif<br />

pendanaan pembangunan infrastruktur bagi pemerintah daerah. Perkembangan kebijakan hibah<br />

ke daerah ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-<br />

Undang Nomor 33 Tahun 2004, selain berkewajiban mengalokasikan dana perimbangan,<br />

Pemerintah dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada Pemerintah Daerah sebagai<br />

salah satu sumber pendanaan pembangunan di daerah.<br />

Hibah ke Daerah adalah pemberian dengan pengalihan hak atas sesuatu dari Pemerintah atau<br />

pihak lain kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya yang secara spesifik telah ditetapkan<br />

peruntukannya dan dilakukan melalui perjanjian. Pemberian hibah kepada pemerintah daerah<br />

baik yang bersumber dari penerimaan dalam negeri, penerusan pinjaman luar negeri, dan hibah<br />

luar negeri dilakukan untuk untuk mendanai penyelenggaraan urusan yang menjadi kewenangan<br />

pemerintah daerah serta diprioritaskan untuk penyelenggaraan pelayanan publik. Kerangka<br />

hubungan fungsi pelaksanaan hibah ke daerah dapat dilihat pada Gambar 5.1.<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong><br />

5-11

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!