17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bab 2 Kinerja Ekonomi Makro<br />

komoditas merupakan dampak dari tidak dimanfaatkannya kapasitas produksi yang ada secara<br />

penuh akibat ekspektasi pelemahan permintaan global dan ketidakpastian di beberapa negara<br />

besar. Pada tahun 2011 harga-harga komoditas pangan dan industri turun sebesar 17,9 persen.<br />

Dilain pihak, harga minyak justru meningkat sebesar 31,6 persen.<br />

Pada tahun 2012, harga-harga komoditas internasional kembali mengalami penurunan karena<br />

permintaan dari negara-negara maju melambat sebagai dampak pelemahan ekonomi. Harga<br />

komoditas pangan dan industri turun sebesar 9,8 persen, sedangkan harga minyak internasional<br />

masih mencatat kenaikan sebesar 1,0 persen. Sejalan dengan hal tersebut, laju inflasi pada<br />

tahun 2012 juga relatif melambat bila dibandingkan dengan inflasi pada tahun 2011, yakni dari<br />

5,1 persen menjadi 4,2 persen. Laju inflasi di negara-negara berkembang masih relatif lebih<br />

tinggi daripada inflasi di negara-negara maju. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di negaranegara<br />

berkembang memiliki kontribusi besar pada kenaikan harga komoditas dan inflasi,<br />

serta kemungkinan terjadinya instabilitas arus modal seiring kebijakan fiskal yang makin ketat<br />

dan kenaikan suku bunga. Laju inflasi di negara-negara berkembang pada tahun 2012 adalah<br />

sebesar 6,1 persen, sementara di negara-negara maju sebesar 2,0 persen.<br />

Perekonomian Nasional<br />

Pertumbuhan Ekonomi<br />

persen<br />

7,0<br />

6,0<br />

5,0<br />

4,0<br />

3,0<br />

2,0<br />

1,0<br />

0,0<br />

GRAFIK 2.3<br />

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,<br />

2008–2012 (%, yoy)<br />

6,0<br />

4,6<br />

6,2<br />

6,5<br />

6,2<br />

2008 2009 2010 2011 2012<br />

Sumber: Badan Pusat Statistik<br />

Dalam lima tahun terakhir (2008-2012),<br />

perekonomian nasional mampu tumbuh cukup<br />

kuat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar<br />

5,9 persen. Tiga tahun terakhir pertumbuhan<br />

ekonomi selalu berada di atas 6,0 persen.<br />

Pada tahun 2008 ekonomi Indonesia tumbuh<br />

6,0 persen dengan dorongan dari permintaan<br />

domestik yang cukup tinggi. Namun pada tahun<br />

2009, perekonomian nasional mengalami<br />

perlambatan yang cukup signifikan akibat<br />

dampak krisis global yang mempengaruhi sisi<br />

eksternal, dengan berkontraksinya eksporimpor<br />

karena menurunnya pertumbuhan<br />

ekonomi dan volume perdagangan dunia, sehingga hanya tumbuh 4,6 persen. Pada tahuntahun<br />

selanjutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu tumbuh stabil di tengah kondisi<br />

perekonomian global yang belum pulih (lihat Grafik 2.3).<br />

Pada tahun 2012, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 6,2 persen, melambat bila dibandingkan<br />

dengan tahun 2011 yang sebesar 6,5 persen. Lemahnya kinerja ekonomi global memberikan<br />

dampak terhadap sisi eksternal PDB. Pertumbuhan ekspor neto mengalami kontraksi yang<br />

cukup dalam, yaitu sebesar minus 4,7 persen, jauh menurun dari tahun sebelumnya yang mampu<br />

tumbuh 14,7 persen. Sementara itu, masih kuatnya permintaan domestik utamanya konsumsi<br />

rumah tangga dan investasi menjadi sumber pendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun<br />

2012. Dari sisi penawaran, tercatat tiga sektor yang mempunyai kontribusi besar terhadap<br />

pertumbuhan, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta<br />

sektor pengangkutan dan komunikasi (lihat Grafik 2.4).<br />

2-4<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!