Kegagalan Leipzig Terulang di Jakarta - Elsam
Kegagalan Leipzig Terulang di Jakarta - Elsam
Kegagalan Leipzig Terulang di Jakarta - Elsam
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>di</strong>bantu oleh aparat keamanan., anggota milisi yang pada saat melakukan kejahatan<br />
<strong>di</strong>biarkan atau tidak <strong>di</strong>lakukan langkah-langkah sepatutnya oleh aparat keamanan.<br />
b. Tentang tanggung jawab komando dan pertanggung jawaban terdakwa<br />
Delik tanggung jawab komando dalam 12 berkas ini berbeda tergantung dari posisi<br />
masing-masing terdakwa yang pada pokoknya adalah terdakwa dari kalangan militer,<br />
polisi dan sipil lainnya. Dengan posisi yang demikian jaksa penuntut umum dalam<br />
menguraikan dakwaannnya berpegang pada pasal 42 UU No. 26 Tahun 2000 tentang<br />
tanggung jawab komando.<br />
Dalam 11 berkas tuntutan yang <strong>di</strong>susun oleh jaksa penuntut umum terdapat dua<br />
karakteristik untuk menjabarkan tentang tanggung jawab komando ini. Pertama adalah<br />
mengenai tanggung jawab komando atas adanya hubungan atasan bawahan dari anak<br />
buah terdakwa yang terbukti melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan<br />
pandangan kedua adalah mengenai anak buah terdakwa (dari militer dan anggota<br />
polisi) yang tidak terbukti melakukan pelanggaran HAM yang berat tetapi tidak<br />
melakukan langkah-langkah pencegahan terhadap terja<strong>di</strong>nya pelanggaran HAM yang<br />
berat tersebut.<br />
Terhadap dua hal <strong>di</strong>atas, susunan dakwaan atas para terdakwa <strong>di</strong>kaitkan dengan<br />
tanggung jawab komando adalah dengan secara langsung mengkaitkan dengan adanya<br />
anak buah terdakwa yang melakukan kejahatan dan atasan harus bertanggung jawab.<br />
Sedangkan terhadap pembuktian <strong>di</strong>mana tidak dapat <strong>di</strong>buktikan adanya anak buah<br />
terdakwa yang melakukan perbuatan pelanggaran HAM yang berat adalah dengan<br />
mengkaitkannya dengan kewenangang para terdakwa sebagai pemegang otoritas yang<br />
seharusnya melakukan langkah-langkah untuk mencegah terja<strong>di</strong>nya kejahatan. Dalam<br />
konteks adanya kekuasaan dan kewenangan untuk mencagah tetapi karena tidak<br />
adanya upaya pencegahan atau kegagalan bertindak tersebut maka kontek tanggung<br />
jawab komando dapat <strong>di</strong>terapkan kepada para terdakwa.<br />
c. Tentang tuntutan pemidanaan<br />
Jaksa penuntut umum menuntut para terdakwa dengan tuntutan minimalis semuanya<br />
yakni 10 tahun, kecuali terhadap 3 orang terdakwa yang <strong>di</strong>tuntut 10 tahun lebih (10<br />
tahun 3 bulan dan 10 tahun 6 bulan).<br />
Adanya tuntutan yang minimalis ini, ketentuan undang-undang menyatakan bahwa<br />
hukuman minimal adalah 10 tahun, menunjukkan bahwa jaksa sen<strong>di</strong>ri tidak cukup<br />
mempunyai keyakinan atas tuntutannya dan hanya mengikuti syarat formal dari<br />
ketentuan undang-undang.<br />
V. Putusan Majelis Hakim: Kecanggungan dan Mendua<br />
a. Tentang adanya kejahatan terhadap kemanusiaan<br />
Dari 12 berkas perkara, semuanya menyatakan bahwa telah terja<strong>di</strong> pelanggaran ham<br />
yang berat berupa kejahatan terhadap kemanusiaan. Semua keputusan majelis hakim<br />
menyimpulkan bahwa telah terja<strong>di</strong> kejahatan terhadap kemanusian berupa<br />
pembunuhan dan penganiayaan sesuai dengan pasal 9 a dan pasal 9 b UU No. 26<br />
Tahun 2000.<br />
13