Kegagalan Leipzig Terulang di Jakarta - Elsam
Kegagalan Leipzig Terulang di Jakarta - Elsam
Kegagalan Leipzig Terulang di Jakarta - Elsam
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Dalam menyimpulkan rumusan kejahatan terhadap kemanusiaan, majelis hakim tidak<br />
menggunakan acuan yang sama terutama dalam hal menjelaskan tentang adanya unsur<br />
yang meluas atau sistematik, adanya serangan terhadap penduduk sipil dan pengertian<br />
tentang unsur adanya kebijakan dari penguasa atau organisasi lainnya. Perbedaan<br />
pendefinisian dalam menjelaskan unsur-unsur tersebut sangat masuk akal mengingat<br />
bahwa dalam ketentuan undang-undang sen<strong>di</strong>ri rumusan tersebut tidak <strong>di</strong>definisikan<br />
secara jelas sehingga majelis hakim menafsirkan uraian pasal-pasal tersebut sesuai<br />
dengan pengetahuannya dan referensi yang <strong>di</strong>milikinya. 5<br />
Hal yang membedakan lainnya adalah mengenai jumlah korban yang meninggal<br />
maupun luka-luka korban penganiayaan, <strong>di</strong>mana antara berkas yang satu dengan<br />
berkas yang lainnya yang masih ada kaitan kasus yang sama. Hal ini menunjukkan<br />
bahwa perkara dalam kasus pelanggaran ham yang berat yang terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> Timor-timur<br />
ini <strong>di</strong>buktikan secara sen<strong>di</strong>ri-sen<strong>di</strong>ri sesuai dengan berkas perkaranya dan keputusan<br />
majelis hakim yang satu dengan yang lainnya tidak saling berkaitan.<br />
b. Tentang pelaku pelanggaran ham yang berat<br />
Secara garis besar kesimpulan mengenai pelaku pelanggaran ham yang berat adalah<br />
milisi pro intergasi. Pada umumnya untuk kasus yang terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> Dilli adalah milisi dari<br />
Aitarak dan Besi Merah Putih, <strong>di</strong> Liquica adalah Milisi Besi Merah Putih dan juga<br />
Aitarak, sedangkan <strong>di</strong> Suai Kovalima adalan milisi Mahi<strong>di</strong> dan Laksaur.<br />
Secara khusus, dalam beberapa putusan majelis hakim juga menyebutkan keterlibatan<br />
oknum aparat keamanan dalam tindak kejahatan terhadap kemanusiaan yang terja<strong>di</strong>.<br />
Terhadap fakta <strong>di</strong>mana pelaku lapangan yang telah <strong>di</strong>nyatakan adalah kelompok<br />
masyarakat makan hal ini berimplikasi pada pertangungjawaban kepada para<br />
terdakwa. Hanya terdakwa dari unsur milisi (Eurico Guterres) yang secara jelas<br />
mempuyai keterkaitan dengan pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan secara<br />
langsung. Adanya pelaku dari unsur militer dan kepolisian tidak secara tegas<br />
<strong>di</strong>nyatakan dalam beberapa putusan mejelis hakim, unsur aparat dari militer mapun<br />
kepolisian lebih banyak melakukan pembiaran atau tidak melakukan tindakan untuk<br />
pencegahan terhadap terja<strong>di</strong>nya kejahatan terhadap kemanusiaan.<br />
c. Tentang tanggung jawab komando dan pertanggung jawaban terdakwa<br />
Berkaitan dengan delik tanggung jawab komando (pasal 42 UU No. 26 Tahun 2000)<br />
majelis hakim mempunyai penafsiran yang berbeda satu dengan lainnya. Pandangan<br />
yang berbeda ini akan berimplikasi dengan tanggung jawab para terdakwa sebagai<br />
atasan terhadap pelaku kejahahatan terhadap kemanusiaan.<br />
Pandangan pertama adalah putusan yang menjelaskan tanggung jawab komando hanya<br />
berkaitan dengan adanya hubungan atasan dan bawahan antara pelaku dengan<br />
terdakwa. Putusan yang berkaitan dengan penafsiran mengenai tanggung jawab<br />
komando yang seperti ini mengakibatkan tidak ada para terdakwa <strong>di</strong>bebaskan jika<br />
anak buahnya tidak terbukti melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Dalam<br />
konteks ini tanggung jawab komando selalu mensyaratkan adanya anak buah yang<br />
5 Dalam beberapa berkas perkara, majelis hakim dalam menguraikan unsur meluas dan sistematik menunjuk<br />
pada beberapa referensi <strong>di</strong>antaranya pendapat ahli hukum dan pengertian seperti yang <strong>di</strong>gunakan dalam<br />
praktek pera<strong>di</strong>lan internasional. Sedangkan dalam beberapa berkas perkara lain penjelasan atas unsur-unsur<br />
kejahatan terhadap kemanusiaan tidak <strong>di</strong>jelaskan dari mana sumber referensinya. Lihat putusan terhadap<br />
terdakwa Herman Sedyono Dkk dan putusan terhadap terdakwa Asep Kuswani dkk.<br />
14