09.07.2015 Views

20140519_MajalahDetik_129

20140519_MajalahDetik_129

20140519_MajalahDetik_129

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

selinganBersama tim gabunganKopassus dalam operasipembebasan sandera diMapenduma, Papua, 1996.Dok. pribadiitu semua diajarkan di Wanadri?Beberapa iya, dasar-dasarnya. Selebihnya darilapangan. Sewaktu di Kalimantan, saya banyakbelajar kepada anak-anak buah Kahar Muzakaryang melarikan diri ke hutan Kalimantan. Jugabelajar kepada suku Dayak yang saya rekrutsebagai staf. Kalau di Jambi, saya belajar kepadasuku Kubu atau orang Rimba. Nah, sukusukuDayak di Kalimantan itu ada yang punyakemampuan menyusuri dan menghapus jejak.Ada juga yang punya indra penciuman tajam.Itu di kemudian hari saya perkenalkan ke duniamiliter kita.Bagaimana ceritanya Anda bisa terlibatdalam beberapa operasi militer?Menjelang akhir 1987, senior saya, AbahIwan (Iwan Abdulrachman), meminta sayamembantunya melatih pasukan di KomandoBatalion 328. Bersama Batalion 330 Kujang,batalion ini termasuk legendaris di Jawa Barat.Nah, sewaktu Prabowo Subianto, yang berlatarKopassus, memimpin batalion itu, dia inginpasukannya punya kemampuan setara denganpasukan khusus. Tapi waktu itu saya menolakpermintaan Abah Iwan. Saya kan tidak punyapengalaman tentara, kecuali menjadi Menwasewaktu di ITB. Lagi pula saya tidak kenal siapaPrabowo. Maklum, biasa hidup di hutan, tidakpernah baca koran, he-he-he….Eh, rupanya enggak lama kemudian Prabowolangsung menemui saya di kantor Abah Iwan,daerah Senopati, Jakarta. Dia bilang, kenapasaya cuma mau membantu perusahaan asingdan menolak membantu tentara bangsanyasendiri. Waduh, dia sudah menyodok nasionalismesaya. Apalagi kemudian dia bilang, “Berapagaji Saudara di perusahaan minyak itu, biarsaya juga kasih gaji yang sama.”Majalah detik 19 - 25 mei 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!