Majalah-Aktual-Edisi-53-ms
Majalah-Aktual-Edisi-53-ms
Majalah-Aktual-Edisi-53-ms
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
INTERNASIONAL<br />
Kelompok Abu Sayyaf:<br />
Dari Separatis Idealis<br />
Jadi Tukang Culik<br />
Kelompok Abu Sayyaf semula adalah sempalan dari<br />
gerakan separatis Moro, yang ingin merdeka dari Filipina.<br />
Namun, karena kebutuhan ekonomi dan operasional,<br />
mereka akhirnya terpecah-pecah dan menjadi pelaku<br />
kriminal biasa, termasuk menculik untuk minta tebusan.<br />
D<br />
rama penculikan terhadap<br />
10 warga negara Indonesia<br />
telah mengangkat nama<br />
kelompok Abu Sayyaf (Jamaah Abu<br />
Sayyaf), kelompok militan yang<br />
berbasis di kepulauan Julu dan<br />
Basilan, Filipina selatan. Selama lebih<br />
dari empat dasawarsa, kelompokkelompok<br />
Muslim Moro ini telah<br />
berjuang untuk meraih kemerdekaan<br />
dari Filipina.<br />
Kelompok-kelompok ini<br />
kemudian bersilang jalan. Ada<br />
yang setuju berdamai dengan<br />
pemerintah Filipina dengan<br />
imbalan otonomi daerah, misalnya,<br />
Front Pembebasan Nasional Moro<br />
(MNLF) yang mayoritas. Tetapi<br />
tetap ada yang menolak tunduk<br />
pada otoritas Filipina dan terus<br />
menuntut kemerdekaan bagi “negara<br />
Islam Moro.” Salah satunya adalah<br />
kelompok Abu Sayyaf.<br />
Drama 10 warga negara<br />
Indonesia, yang diculik oleh<br />
kelompok Abu Sayyaf dengan motif<br />
minta tebusan, bermula pada 26<br />
Maret 2016. Waktu itu kapal tunda<br />
Brahma 12 dan tongkang Anand<br />
12 dalam perjalanan dari Sungai<br />
puting, Kalimantan Selatan menuju<br />
Batangas, Filipina. Pelayaran dimulai<br />
sejak 15 Maret 2016.<br />
Kedua kapal membawa 7.500<br />
metrik ton batubara curah dan 10<br />
awak kapal berkewarganegaraan<br />
Indonesia. Kapal-kapal itu<br />
milik perusahaan tambang dari<br />
Banjarmasin, yaitu PT. Patria<br />
Maritime Lines. Pembajakan<br />
terhadap dua kapal itu dan<br />
penyanderaan terhadap 10 awaknya<br />
terjadi di perairan Tawi-Tawi,<br />
Filipina.<br />
Pemilik kapal baru mengetahui<br />
ada pembajakan pada 26 Maret 2016,<br />
ketika ditelepon oleh seseorang yang<br />
mengaku dari kelompok Abu Sayyaf.<br />
Pembajak meminta uang tebusan 50<br />
juta peso (setara 14,3 miliar) dengan<br />
batas waktu 31 Maret 2016. Tapi<br />
batas waktu ini kemudian terlewat<br />
dan diperpanjang sampai 8 April<br />
2016, terus tidak jelas lagi batas<br />
waktunya.<br />
Kapal Brahma 12 kemudian<br />
sudah dilepas pembajak dan berada<br />
di tangan otoritas Filipina. Namun,<br />
10 WNI tetap disandera. Pemilik<br />
tongkang Anand 12 bernegosiasi<br />
dengan pembajak, dan bersedia<br />
membayar tebusan demi pembebasan<br />
para awak kapal yang disandera.<br />
Tetapi hingga artikel ini ditulis,<br />
belum jelas bagaimana akhir drama<br />
penyanderaan tersebut.<br />
Berawal dari Afganistan<br />
Pembajakan kapal dan<br />
penculikan 10 WNI ini menimbulkan<br />
Sejumlah warga dan keluarga Bayu Oktavianto<br />
melakukan doa bersama di Miliran, Delanggu,<br />
Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (2/4). Doa bersama<br />
tersebut ditujukan untuk Bayu Oktavianto<br />
serta seluruh warga negara Indonesia yang<br />
disandera kelompok Abu Sayyaf saat melintas<br />
di perairan Filipina pada Sabtu (26/3/2016)<br />
lalu, agar diberi keselamatan serta kelancaran<br />
saat proses pembebasan.<br />
kehebohan dan kesibukan di<br />
jajaran Kementerian Luar Negeri,<br />
Kementerian Pertahanan, TNI, Badan<br />
Intelijen Negara (BIN), dan Mabes<br />
Polri. Mereka pun aktif berhubungan<br />
dengan pihak Filipina dan pihakpihak<br />
lain, untuk menyelamatkan<br />
WNI tersebut. Segala perkembangan<br />
tentang penyanderaan ini dilaporkan<br />
ke Presiden Joko Widodo.<br />
Kasus ini pun mengangkat nama<br />
kelompok Abu Sayyaf , yang di<br />
Filipina sudah sangat terkenal dengan<br />
ANTARA<br />
52 AKTUAL <strong>Edisi</strong> <strong>53</strong> / April - Mei 2016