Majalah-Aktual-Edisi-53-ms
Majalah-Aktual-Edisi-53-ms
Majalah-Aktual-Edisi-53-ms
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
LIFE<br />
K<br />
asus Siyono, seorang warga<br />
Dusun Brengkungan,<br />
Desa Pogung, Kecamatan<br />
Cawas, Klaten, menjadi salah satu<br />
contoh kasus pelanggaran Hak Asasi<br />
Manusia (HAM) di tahun 2016.<br />
Meski ia adalah tersangka, namun<br />
pengadilan belum memutuskan<br />
bahwa Siyono bersalah. Namun<br />
ia harus meregang nyawa dengan<br />
kondisi mengenaskan yang diduga<br />
dilakukan oleh Pasukan Detasemen<br />
Khusus 88 atau Densus 88 yang<br />
merupakan satuan khusus Kepolisian<br />
Negara Republik Indonesia untuk<br />
penanggulangan terorisme di<br />
Indonesia.<br />
Benarkah Siyono teroris?<br />
Penangkapan Siyono pada 8 Maret<br />
2016 lalu, merupakan serangkaian<br />
penangkapan kelompok Jamaah<br />
Islamiyah (JI) di Pamanukan,<br />
Yogyakarta, Klaten dan Semarang<br />
pada Mei 2014 silam. Sembilan<br />
terduga teroris ditangkap dan<br />
seluruhnya ditetapkan sebagai<br />
tersangka dengan barang bukti<br />
antara lain bunker di Parangtritis,<br />
pabrik senjata api rakitan di Klaten,<br />
beberapa pucuk senjata api, lebih<br />
dari enam blok peledak TNT, dan<br />
sejumlah unsur bahan kimia untuk<br />
bahan peledak.<br />
Tak lama kemudian, Densus 88<br />
kembali menangkap empat terduga<br />
teroris jaringan JI di Mojokerto<br />
dan Gresik pada 19 Desember 2015.<br />
Mereka adalah bagian dari sembilan<br />
teroris yang ditangkap 2014 silam.<br />
Selanjutnya, pada 7 Maret 2016,<br />
Densus 88 kembali menangkap<br />
terduga teroris lain yang disebut<br />
“Awang” di Desa Greges, Kecamatan<br />
Tembarak, Kabupaten Temanggung.<br />
Dari Awang-lah, Densus 88<br />
memperoleh keterangan bahwa<br />
senjata api miliknya telah diserahkan<br />
kepada rekan JI lainnya bernama<br />
Siyono. Senjata yang diserahkan itu<br />
yakni dua pucuk senjata api laras<br />
pendek, dua magazin dan beberapa<br />
butir peluru.<br />
Atas dasar itu pada 8 Maret 2016,<br />
Densus 88 menangkap Siyono di<br />
sebuah rumah di Dusun Pogung,<br />
Desa Brengkungan, Kecamatan<br />
Siyono Salah Satu Kasus<br />
Penggaran HAM 2016!<br />
Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa<br />
Tengah.<br />
Tewasnya Siyono. Pasca<br />
penangkapan Siyono pada 8 Maret<br />
2016 lalu, tak berselang lama, pada<br />
tanggal 11 Maret 2016, Siyono<br />
dikabarkan telah meninggal dunia.<br />
Kabar terkait kematian Siyono,<br />
bahwasanya Siyono tewas akibat<br />
kelelahan setelah berkelahi dengan<br />
Densus 88 di dalam mobil. Melihat<br />
hal tersebut merupakan sebuah<br />
keganjalan,<br />
Pengamat terorisme, Mustofa<br />
B Nahrawardaya menyampaikan<br />
tanggapannya kepada <strong>Majalah</strong><br />
<strong>Aktual</strong>. Ia mengatakan, bahwa dirinya<br />
tidak percaya bahwa Densus 88<br />
menjadi tidak ganas karena Siyono<br />
bisa sampai lepas.<br />
“Menurut Karo Penmas Polri<br />
Brigjen Agus Rianto, korban tewas<br />
karena kelelahan setelah berkelahi<br />
dengan Densus 88 di dalam mobil,<br />
Namun menurut saya, tidak ada<br />
ceritanya, ada terduga yang dapat<br />
lolos dari kawalan Densus. Setetelah<br />
ditangkap dengan cara kasar,<br />
biasanya terduga langsung diborgol,<br />
dilakban mukanya. Bahkan, kaki dan<br />
tangan terduga, 100 persen tidak<br />
mungkin dapat bergerak bebas,<br />
karena memborgol kaki dan tangan<br />
adalah standar baku mereka,” kata<br />
Mustafa baru-baru ini, di Jakarta.<br />
Sehingga, lanjut Mustafa, “Ini<br />
adalah fenomena baru, boro-boro<br />
berkelahi, Terduga menggerakkan<br />
tangan saja, kemungkinan sudah<br />
ditembak mati karena dianggap<br />
melawan.<br />
Ada 12 kejanggalan<br />
Mustafa mengungkapkan, bahwa<br />
setelah melakukan autopsi terhadap<br />
jenazah Siyono, Ia menemukan<br />
ada 12 kejanggalan yang tidak bisa<br />
dijawab oleh Densus maupun pihak<br />
Polri.<br />
“Ada 12 kejanggalan yang<br />
sampai hari ini tidak bisa dijawab<br />
oleh Densus dan pihak Polri,” ujar<br />
Mustofa.<br />
Hal serupa juga diungkapkan oleh<br />
Komisioner Komnas HAM, Prof. DR.<br />
Hafidz Abbas kepada <strong>Majalah</strong> <strong>Aktual</strong>.<br />
Prof Hafidz mengungkapkan<br />
bahwa adanya kerjasama dengan<br />
Muhammadiyah, perlahan kasus<br />
kematian Siyono mulai terkuak.<br />
ANTARA<br />
58 AKTUAL <strong>Edisi</strong> <strong>53</strong> / April - Mei 2016