21.02.2013 Views

PT Bank Negara Indonesia - Badan Pemeriksa Keuangan

PT Bank Negara Indonesia - Badan Pemeriksa Keuangan

PT Bank Negara Indonesia - Badan Pemeriksa Keuangan

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

tertanam menjadi kredit macet, sehingga <strong>Bank</strong> BNI menderita kerugian karena harus<br />

membentuk PPAP 100% atas kredit macet tersebut, fasilitas KI yang diberikan kepada <strong>PT</strong><br />

IBG terlampau besar sejumlah Rp81.438,00 juta dan pembayaran biaya lain-lain oleh <strong>Bank</strong><br />

BNI kepada <strong>PT</strong> BTS sebesar Rp23.300,00 juta telah meningkatkan risiko kredit bagi <strong>Bank</strong><br />

BNI dan biaya tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan. Hal tersebut disebabkan Analis<br />

Kredit tidak cermat dalam menghitung dan menetapkan nilai SL atas aset kredit yang di<br />

take over dari BPPN dan pengendalian intern yang dilakukan oleh KPK masih lemah<br />

karena tidak dapat mengungkap adanya kekeliruan dalam menghitung nilai SL.<br />

10. Pengelolaan dan pemantauan fasilitas kredit <strong>PT</strong> Bosowa Berlian Motor (<strong>PT</strong> BBM) dan <strong>PT</strong><br />

Bosowa Multi Finance (<strong>PT</strong> BMF) sebesar Rp271.702,00 juta belum maksimal.<br />

Permasalahannya adalah adanya interfinancing kepada group Bosowa sehingga<br />

mempersulit cash flow perusahaan dan pencairan kredit melebihi ketentuan perbulan yang<br />

diperbolehkan. Hal tersebut mengakibatkan fasilitas kredit kepada <strong>PT</strong> BBM dan <strong>PT</strong> BMF<br />

dikhawatirkan akan bermasalah apabila fasilitas kredit tersebut tidak dipantau secara baik.<br />

Hal tersebut disebabkan Pengusul dan Pengelola kredit <strong>PT</strong> BBM dan <strong>PT</strong> BMF belum<br />

sepenuhnya melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan.<br />

11. Pemberian kredit kepada <strong>PT</strong> Semen Bosowa Maros (<strong>PT</strong> SBM) sebesar Rp604.950,00 juta<br />

belum sepenuhya sesuai dengan ketentuan yaitu fasilitas Pre Export Finance (PEF) kepada<br />

<strong>PT</strong> SBM tidak sesuai dengan ketentuan maksimum pembiayaan ekspor dan pelunasan<br />

dipercepat kepada <strong>Bank</strong> Niaga dan <strong>Bank</strong> Danamon tidak sesuai PK. Masalah tersebut<br />

mengakibatkan kelebihan pembiayaan PEF kepada <strong>PT</strong> SBM sebesar 15% dari seharusnya,<br />

sehingga risiko <strong>Bank</strong> BNI lebih besar dan tertundanya pembayaran kewajiban sampai<br />

dengan akhir Desember 2004 sebesar Rp17.482,71 juta. Hal tersebut disebabkan oleh<br />

pengelolaan kredit <strong>PT</strong> SBM belum sepenuhnya mematuhi ketentuan yang ditetapkan dan<br />

adanya keputusan seluruh anggota sindikasi yang memberikan persetujuan pembayaran<br />

dipercepat kepada <strong>Bank</strong> Niaga dan <strong>Bank</strong> Danamon dalam keaadaan <strong>PT</strong> SBM mempunyai<br />

tunggakan bunga kepada anggota sindikasi lainnya yang bertentangan dengan akta No.65<br />

tanggal 30 September 2002.<br />

12. Pemberian kredit kepada <strong>PT</strong> Segoro Fajar Satryo (<strong>PT</strong> SFS) sebesar US$23,640.00 ribu<br />

beresiko tinggi. Permasalahannya adalah bahwa KI diberikan kepada <strong>PT</strong> SFS berisiko<br />

tinggi, hasil klaim asuransi tidak mencukupi untuk menyelesaikan fasilitas bridging loan<br />

sebesar US$1,000.00 ribu, klaim Surety Bond sebagai jaminan kredit sebesar<br />

US$10,560.00 tidak dipenuhi oleh <strong>PT</strong> Asuransi Jasa Raharja Putera dan hasil penjualan<br />

jaminan dan klaim asuransi hanya mengcover 24,15% dari kredit yang telah dihapus buku.<br />

Kondisi tersebut mengakibatkan <strong>Bank</strong> BNI berpotensi rugi sebesar US$7,854.11 ribu eq.<br />

Rp71.786,57 juta. Hal tersebut disebabkan oleh Pejabat <strong>Bank</strong> BNI belum sepenuhnya<br />

menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit kepada <strong>PT</strong> SFS.<br />

13. Proses restrukturisasi dan pengawasan fasilitas kredit kepada <strong>PT</strong> Bratatex sebesar<br />

Rp282.075,03 juta belum sepenuhnya memenuhi ketentuan. Permasalahannya adalah<br />

bahwa tunggakan bunga <strong>PT</strong> Bratatex didudukkan ke dalam PK, penambahan fasilitas KI<br />

sebesar Rp3.600,00 juta dan plafond L/C sebesar US$10,085.00 ribu belum tunduk kepada<br />

ketentuan, konversi Parsial (write Off/hapus buku) menjadi Penyertaan Sementara <strong>Bank</strong><br />

(PSB) belum memenuhi ketentuan BI. Masalah tersebut mengakibatkan fasilitas yang<br />

5

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!