13.05.2013 Views

PersandinganUUPerpajakan

PersandinganUUPerpajakan

PersandinganUUPerpajakan

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

erproduksi dan tidak dikaitkan dengan saat diterima atau<br />

diperolehnya penghasilan.<br />

Contoh:<br />

PT X yang bergerak di bidang perkebunan membeli traktor pada<br />

tahun 2009. Perkebunan tersebut mulai menghasilkan (panen)<br />

pada tahun 2010. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak,<br />

penyusutan traktor tersebut dapat dilakukan mulai tahun 2010.<br />

Ayat (5)<br />

Ayat (6)<br />

Cukup jelas.<br />

Untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak dalam<br />

melakukan penyusutan atas pengeluaran harta berwujud,<br />

ketentuan ini mengatur kelompok masa manfaat harta dan tarif<br />

penyusutan baik menurut metode garis lurus maupun saldo<br />

menurun.<br />

Yang dimaksud dengan “bangunan tidak permanen” adalah<br />

bangunan yang bersifat sementara dan terbuat dari bahan yang<br />

tidak tahan lama atau bangunan yang dapat dipindahpindahkan,<br />

yang masa manfaatnya tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun, misalnya<br />

barak atau asrama yang dibuat dari kayu untuk karyawan.<br />

Ayat (7)<br />

Dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik bidangbidang<br />

usaha tertentu, seperti perkebunan tanaman keras,<br />

kehutanan, dan peternakan, perlu diberikan pengaturan tersendiri<br />

untuk penyusutan harta berwujud yang digunakan dalam bidangbidang<br />

usaha tertentu tersebut yang ketentuannya diatur dengan<br />

atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.<br />

Ayat (8) dan ayat (9)<br />

Pada dasarnya keuntungan atau kerugian karena pengalihan<br />

harta dikenai pajak dalam tahun dilakukannya pengalihan harta<br />

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN<br />

Pajak Penghasilan<br />

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN<br />

226 227<br />

tersebut.<br />

Apabila harta tersebut dijual atau terbakar, maka penerimaan<br />

neto dari penjualan harta tersebut, yaitu selisih antara harga<br />

penjualan dan biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan<br />

penjualan tersebut dan atau penggantian asuransinya, dibukukan<br />

sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penjualan atau tahun<br />

diterimanya penggantian asuransi, dan nilai sisa buku dari harta<br />

tersebut dibebankan sebagai kerugian dalam tahun pajak yang<br />

bersangkutan.<br />

Dalam hal penggantian asuransi yang diterima jumlahnya baru<br />

dapat diketahui dengan pasti pada masa kemudian, Wajib Pajak<br />

dapat mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak<br />

agar jumlah sebesar kerugian tersebut dapat dibebankan dalam<br />

tahun penggantian asuransi tersebut.<br />

Ayat (10)<br />

Menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat<br />

(8), dalam hal pengalihan harta berwujud yang memenuhi syarat<br />

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf<br />

b, nilai sisa bukunya tidak boleh dibebankan sebagai kerugian<br />

oleh pihak yang mengalihkan.<br />

Ayat (11)<br />

Dalam rangka memberikan keseragaman kepada Wajib Pajak<br />

untuk melakukan penyusutan, Menteri Keuangan diberi<br />

wewenang menetapkan jenis-jenis harta yang termasuk dalam<br />

setiap kelompok dan masa manfaat yang harus diikuti oleh Wajib<br />

Pajak.<br />

Pasal 11A<br />

(1) Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud<br />

dan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna<br />

Pajak Penghasilan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!