PersandinganUUPerpajakan
PersandinganUUPerpajakan
PersandinganUUPerpajakan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Ayat (3)<br />
Ayat (4)<br />
Cukup jelas.<br />
Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan surat ketetapan<br />
Pajak untuk tahun pajak yang lalu, angsuran pajak dihitung<br />
berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut. Perubahan angsuran<br />
pajak tersebut berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan<br />
diterbitkannya surat ketetapan pajak.<br />
Contoh:<br />
Berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan<br />
tahun pajak 2009 yang disampaikan Wajib Pajak dalam bulan<br />
Februari 2010, perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus<br />
dibayar adalah sebesar Rp 1.250.000,00 (satu juta dua ratus lima<br />
puluh ribu rupiah). Dalam bulan Juni 2010 telah diterbitkan surat<br />
ketetapan pajak tahun pajak 2009 yang menghasilkan besarnya<br />
angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta<br />
rupiah).<br />
Berdasarkan ketentuan dalam ayat ini, besarnya angsuran pajak<br />
mulai bulan Juli 2010 adalah sebesar Rp 2.000.000,00 (dua<br />
juta rupiah). Penetapan besarnya angsuran Pajak berdasarkan<br />
surat ketetapan pajak tersebut bisa sama, lebih besar, atau<br />
lebih kecil dari angsuran pajak sebelumnya berdasarkan Surat<br />
Pemberitahuan Tahunan.<br />
Ayat (5)<br />
Ayat (6)<br />
Cukup jelas.<br />
Pada dasarnya besarnya pembayaran angsuran pajak oleh Wajib<br />
Pajak sendiri dalam tahun berjalan sedapat mungkin diupayakan<br />
mendekati jumlah pajak yang akan terutang pada akhir tahun.<br />
Oleh karena itu, berdasarkan ketentuan ini dalam hal-hal tertentu<br />
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN<br />
Pajak Penghasilan<br />
Direktur Jenderal Pajak diberikan wewenang untuk menyesuaikan<br />
perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar<br />
sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan apabila terdapat<br />
kompensasi kerugian; Wajib Pajak menerima atau memperoleh<br />
penghasilan tidak teratur;<br />
atau terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib<br />
Pajak.<br />
Contoh 1:<br />
- Penghasilan PT X tahun 2009 Rp 120.000.000,00<br />
- Sisa kerugian tahun sebelumnya yang<br />
masih dapat dikompensasikan Rp 150.000.000,00<br />
- Sisa kerugian yang belum dikompensasikan<br />
tahun 2009 Rp 30.000.000,00<br />
Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2010 adalah:<br />
Penghasilan yang dipakai dasar penghitungan angsuran Pajak<br />
Penghasilan Pasal 25 = Rp 120.000.000,00 – Rp 30.000.000,00<br />
= Rp 90.000.000,00.<br />
Pajak Penghasilan yang terutang:<br />
28% x Rp 90.000.000,00 = Rp 25.200.000,00<br />
Apabila pada tahun 2009 tidak ada Pajak Penghasilan yang<br />
dipotong atau dipungut oleh pihak lain dan pajak yang dibayar<br />
atau terutang di luar negeri sesuai dengan ketentuan dalam Pasal<br />
24, besarnya angsuran pajak bulanan PT X tahun 2010 = 1/12 x<br />
Rp 25.200.000,00= Rp 2.100.000,00.<br />
Contoh 2:<br />
Dalam tahun 2009, penghasilan teratur Wajib Pajak A dari usaha<br />
dagang Rp48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah)<br />
dan penghasilan tidak teratur sebesar Rp72.000.000,00 (tujuh<br />
puluh dua juta rupiah). Penghasilan yang dipakai sebagai dasar<br />
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN<br />
274 275<br />
Pajak Penghasilan