PersandinganUUPerpajakan
PersandinganUUPerpajakan
PersandinganUUPerpajakan
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
di Indonesia dapat ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja<br />
mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan Wajib Pajak orang<br />
pribadi dalam negeri tersebut ke dalam bentuk biaya atau pengeluaran<br />
lainnya yang dibayarkan kepada perusahaan yang tidak didirikan dan<br />
tidak bertempat kedudukan di Indonesia tersebut.<br />
(3e) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3b),<br />
ayat (3c), dan ayat (3d) diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan<br />
Peraturan Menteri Keuangan.<br />
(4) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai<br />
dengan ayat (3d), Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1)<br />
dianggap ada apabila:<br />
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak<br />
langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib<br />
Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan<br />
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak<br />
atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih<br />
yang disebut terakhir;<br />
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih<br />
Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik<br />
langsung maupun tidak langsung; atau<br />
c. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda<br />
dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.<br />
(5) Dihapus.<br />
Penjelasan Pasal 18<br />
Ayat (1)<br />
Undang-Undang ini memberi wewenang kepada Menteri<br />
Keuangan untuk memberi keputusan tentang besarnya<br />
perbandingan antara utang dan modal perusahaan yang dapat<br />
dibenarkan untuk keperluan penghitungan pajak. Dalam dunia<br />
usaha terdapat tingkat perbandingan tertentu yang wajar<br />
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN<br />
Pajak Penghasilan<br />
mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal (debt<br />
to equity ratio). Apabila perbandingan antara utang dan modal<br />
sangat besar melebihi batas-batas kewajaran, pada umumnya<br />
perusahaan tersebut dalam keadaan tidak sehat. Dalam hal<br />
demikian, untuk penghitungan Penghasilan Kena Pajak, Undang-<br />
Undang ini menentukan adanya modal terselubung.<br />
Istilah modal di sini menunjuk kepada istilah atau pengertian<br />
ekuitas menurut standar akuntansi, sedangkan yang dimaksud<br />
dengan “kewajaran atau kelaziman usaha” adalah adat kebiasaan<br />
atau praktik menjalankan usaha atau melakukan kegiatan yang<br />
sehat dalam dunia usaha.<br />
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN<br />
248 249<br />
Ayat (2)<br />
Dengan makin berkembangnya ekonomi dan perdagangan<br />
internasional sejalan dengan era globalisasi dapat terjadi bahwa<br />
Wajib Pajak dalam negeri menanamkan modalnya di luar negeri.<br />
Untuk mengurangi kemungkinan penghindaran pajak, terhadap<br />
penanaman modal di luar negeri selain pada badan usaha yang<br />
menjual sahamnya di bursa efek, Menteri Keuangan berwenang<br />
untuk menentukan saat diperolehnya dividen.<br />
Contoh:<br />
PT A dan PT B masing-masing memiliki saham sebesar 40%<br />
dan 20% pada X Ltd. yang bertempat kedudukan di negara Q.<br />
Saham X Ltd. tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek. Dalam<br />
tahun 2009 X Ltd. memperoleh laba setelah Pajak sejumlah<br />
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Dalam hal demikian,<br />
Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya<br />
dividen dan dasar penghitungannya.<br />
Ayat (3)<br />
Maksud diadakannya ketentuan ini adalah untuk mencegah<br />
terjadinya penghindaran pajak yang dapat terjadi karena adanya<br />
hubungan istimewa. Apabila terdapat hubungan istimewa,<br />
Pajak Penghasilan