13.05.2013 Views

PersandinganUUPerpajakan

PersandinganUUPerpajakan

PersandinganUUPerpajakan

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

hanya diperkenankan dilakukan pada Masa Pajak berikutnya<br />

paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang<br />

bersangkutan. Dalam hal jangka waktu tersebut telah dilampaui,<br />

pengkreditan Pajak Masukan tersebut dapat dilakukan melalui<br />

pembetulan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai<br />

yang bersangkutan. Kedua cara pengkreditan tersebut hanya<br />

dapat dilakukan apabila Pajak Masukan yang bersangkutan belum<br />

dibebankan sebagai biaya atau tidak ditambahkan (dikapitalisasi)<br />

kepada harga perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena<br />

Pajak yang bersangkutan dan terhadap Pengusaha Kena Pajak<br />

belum dilakukan pemeriksaan.<br />

Contoh:<br />

Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak yang Faktur<br />

Pajaknya tertanggal 7 Juli 2010 dapat dikreditkan dengan Pajak<br />

Keluaran pada Masa Pajak Juli 2010 atau pada Masa Pajak<br />

berikutnya paling lama Masa Pajak Oktober 2010.<br />

Ayat (10)<br />

Cukup jelas.<br />

Ayat (11)<br />

Cukup jelas.<br />

Ayat (12)<br />

Cukup jelas.<br />

Ayat (13)<br />

Cukup jelas.<br />

Ayat (14)<br />

Cukup jelas.<br />

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN<br />

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah<br />

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN<br />

354 355<br />

Pasal 10<br />

(1) Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang dihitung dengan<br />

cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dengan<br />

Dasar Pengenaan Pajak.<br />

(2) Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sudah dibayar pada waktu<br />

perolehan atau impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah,<br />

tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Pertambahan Nilai maupun<br />

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut berdasarkan<br />

Undang-Undang ini.<br />

(3) Pengusaha Kena Pajak yang mengekspor Barang Kena Pajak Yang<br />

Tergolong Mewah dapat meminta kembali Pajak Penjualan Atas<br />

Barang Mewah yang telah dibayar pada waktu perolehan Barang<br />

Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang diekspor tersebut.<br />

Penjelasan Pasal 10<br />

Ayat (1)<br />

Cara menghitung Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang<br />

terutang adalah dengan mengalikan Harga Jual, Nilai Impor,<br />

Nilai Ekspor atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan<br />

Menteri Keuangan dengan tarif pajak sebagaimana ditetapkan<br />

dalam Pasal 8.<br />

Ayat (2)<br />

Berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut pada<br />

setiap tingkat penyerahan, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah<br />

hanya dipungut pada tingkat penyerahan oleh Pengusaha Kena<br />

Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak Yang Tergolong<br />

Mewah atau atas impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong<br />

Mewah.<br />

Dengan demikian, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah bukan<br />

merupakan Pajak Masukan sehingga tidak dapat dikreditkan.<br />

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!