02.06.2013 Views

Ekspansi Kelapa Sawit di Asia Tenggara - Forest Peoples Programme

Ekspansi Kelapa Sawit di Asia Tenggara - Forest Peoples Programme

Ekspansi Kelapa Sawit di Asia Tenggara - Forest Peoples Programme

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

pelanggaran hak asasi manusia, ketidakpastian tenurial, kemiskinan<br />

dan pengabaian pemerintah dalam hal penye<strong>di</strong>aan pelayanan dasar<br />

seperti kesehatan dan pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan. Sebagian besar masyarakat adat<br />

<strong>di</strong>temukan <strong>di</strong> desa-desa terpencil dan dalam ancaman terus menerus<br />

dari proyek kehutanan dan pertambangan yang <strong>di</strong>dukung<br />

pemerintah, kawasan konservasi yang <strong>di</strong>nyatakan pemerintah dan<br />

perkebunan pertanian komersial.<br />

Instrumen tenurial sebelumnya yang <strong>di</strong>kembangkan oleh DENR<br />

dalam program kehutanannya gagal untuk menyelesaikan banyak<br />

konflik tanah dalam wilayah-wilayah masyarakat adat. Selain<br />

menye<strong>di</strong>akan jaminan yang sangat terbatas pada masyarakat adat,<br />

program ini tidak memiliki kekuatan untuk memberikan<br />

kepemilikan penuh atas tanah karena tanah tetap menja<strong>di</strong> milik<br />

Negara, sehingga mengurangi hak-hak masyarakat adat untuk<br />

mengelola dan menguasai wilayah mereka secara man<strong>di</strong>ri.<br />

Hasil yang signifikan dari advokasi untuk mendapatkan pengakuan<br />

Negara atas hak masyarakat adat adalah Republic Act No. 7381 atau<br />

Undang-Undang Hak Masyarakat Adat (In<strong>di</strong>genous <strong>Peoples</strong> Rights<br />

Act/IPRA), yang <strong>di</strong>tandatangani oleh Presiden Fidel V. Ramos pada<br />

tahun 1997. IPRA <strong>di</strong>anggap sebagai terobosan besar dalam sistem<br />

hukum Filipina karena akhirnya mengakui hak-hak masyarakat adat<br />

yang telah <strong>di</strong>abaikan selama lebih dari 300 tahun.<br />

IPRA mengimplementasikan ketentuan dalam Konstitusi Filipina<br />

yang mengakui dan memajukan hak-hak komunitas budaya adat <strong>di</strong><br />

dalam kerangka kesatuan dan pembangunan nasional. Diantara hakhak<br />

penting yang <strong>di</strong>lindungi oleh hukum itu adalah: hak milik adat,<br />

hak-hak sipil dan politik semua anggota masyarakat adat, dan hakhak<br />

sosial dan budaya semua anggota adat. 23 Secara signifikan,<br />

IPRA juga mencakup ketentuan mengenai partisipasi perempuan<br />

yang secara strategis menunjukkan adanya celah dalam kebanyakan<br />

kebijakan pemerintah yang membatasi, jika tidak meniadakan,<br />

<strong>di</strong>mensi gender.<br />

IPRA menyebabkan pembentukan Komisi Nasional Masyarakat<br />

Adat (National Commission on In<strong>di</strong>genous <strong>Peoples</strong>/NCIP), yang<br />

memiliki mandat untuk menerapkan hukum serta otoritas akhir

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!