Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
lain yang tahu. Jujur saja aku ingin membelah kepalanya,<br />
mengeluarkan otaknya, dan membakarnya sampai jadi abu. Aku<br />
tak tahu mengapa niat itu belum kulaksanakan, padahal dia selalu<br />
menyulitkan kami. Tanpa dia pun kami akan baik-baik saja,<br />
sebetulnya.<br />
Bayangkan, di sini siapa yang akan melaporkan kami?<br />
Melaporkan apa? Pencurian? Jangan-jangan jika kau, misalnya,<br />
melaporkan kepada polisi, kau malah ditanyai habis-habisan:<br />
mencuri itu apa? Di wilayah kami hanya ada kerja bakti, saling<br />
menghormati, hidup bahagia, tetapi tidak untuk “mencuri”. Tak<br />
ada itu dalam hidup kami. Jadi, Saudara jangan mengada-ada, bisabisa<br />
kena pasal fitnah.<br />
Itu jawaban yang akan kau terima. Tak percaya, coba saja.<br />
Kami semua lahir dan hidup di gunung ini, yang seluruh<br />
lembahnya ditumbuhi pohon jati. Sejak moyang kami, kami<br />
memang hidup dengan pohonb-pohon ini. Dan hutan-hutan ini<br />
seakan tak habis-habisnya, jadi memang inilah yang bisa kami<br />
lakukan untuk hidup. Apa ini salah?<br />
Percayalah, tak ada sesuatu yang kau sebut “mencuri” itu di<br />
desa kami dan kami menjualnya. Jadi apa yang kami lakukan, yang<br />
menurut kalian adalah perbuatan tidak baik, bagi kami malah mulia.<br />
Entah sejak kapan, tiba-tiba entah dari mana ada peraturan<br />
pelarangan menebang pohon jati. Ini hutan kami. Kami yang<br />
merawatnya, menjaganya, dan memanfaatkannya. Mengapa kami<br />
tak boleh menebangnya? Bagaimana memanfaatkan pohon jati,<br />
tanpa menebangnya? Ini aneh. Peraturan aneh. Dan sejak peraturan<br />
aneh itu, kami jadi terpaksa berhubungan dengan para polisi itu.<br />
Kami jadi harus menyetorkan jerih payah kami kepada mereka yang<br />
bahkan tak ikut memegang kapak sekalipun. Aneh!<br />
Seusai sekolah menengah pertama, yang kulalui hampir<br />
seluruhnya dengan berkelahi, aku tak melanjutkan pendidikanku<br />
lagi. Pertama, karena Ayah kian banyak berurusan dengan para<br />
polisi; kedua, karena guru-guru tak menyarankan aku untuk sekolah<br />
lagi. Aneh.<br />
Maka sejak saat itu aku menjadi pembantu Ayah. Mempersiapkan<br />
peralatan, bekal, dan tentu saja tenaga. Meskipun begitu, tidak setiap<br />
152 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa