02.07.2013 Views

Bab I

Bab I

Bab I

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

lain yang tahu. Jujur saja aku ingin membelah kepalanya,<br />

mengeluarkan otaknya, dan membakarnya sampai jadi abu. Aku<br />

tak tahu mengapa niat itu belum kulaksanakan, padahal dia selalu<br />

menyulitkan kami. Tanpa dia pun kami akan baik-baik saja,<br />

sebetulnya.<br />

Bayangkan, di sini siapa yang akan melaporkan kami?<br />

Melaporkan apa? Pencurian? Jangan-jangan jika kau, misalnya,<br />

melaporkan kepada polisi, kau malah ditanyai habis-habisan:<br />

mencuri itu apa? Di wilayah kami hanya ada kerja bakti, saling<br />

menghormati, hidup bahagia, tetapi tidak untuk “mencuri”. Tak<br />

ada itu dalam hidup kami. Jadi, Saudara jangan mengada-ada, bisabisa<br />

kena pasal fitnah.<br />

Itu jawaban yang akan kau terima. Tak percaya, coba saja.<br />

Kami semua lahir dan hidup di gunung ini, yang seluruh<br />

lembahnya ditumbuhi pohon jati. Sejak moyang kami, kami<br />

memang hidup dengan pohonb-pohon ini. Dan hutan-hutan ini<br />

seakan tak habis-habisnya, jadi memang inilah yang bisa kami<br />

lakukan untuk hidup. Apa ini salah?<br />

Percayalah, tak ada sesuatu yang kau sebut “mencuri” itu di<br />

desa kami dan kami menjualnya. Jadi apa yang kami lakukan, yang<br />

menurut kalian adalah perbuatan tidak baik, bagi kami malah mulia.<br />

Entah sejak kapan, tiba-tiba entah dari mana ada peraturan<br />

pelarangan menebang pohon jati. Ini hutan kami. Kami yang<br />

merawatnya, menjaganya, dan memanfaatkannya. Mengapa kami<br />

tak boleh menebangnya? Bagaimana memanfaatkan pohon jati,<br />

tanpa menebangnya? Ini aneh. Peraturan aneh. Dan sejak peraturan<br />

aneh itu, kami jadi terpaksa berhubungan dengan para polisi itu.<br />

Kami jadi harus menyetorkan jerih payah kami kepada mereka yang<br />

bahkan tak ikut memegang kapak sekalipun. Aneh!<br />

Seusai sekolah menengah pertama, yang kulalui hampir<br />

seluruhnya dengan berkelahi, aku tak melanjutkan pendidikanku<br />

lagi. Pertama, karena Ayah kian banyak berurusan dengan para<br />

polisi; kedua, karena guru-guru tak menyarankan aku untuk sekolah<br />

lagi. Aneh.<br />

Maka sejak saat itu aku menjadi pembantu Ayah. Mempersiapkan<br />

peralatan, bekal, dan tentu saja tenaga. Meskipun begitu, tidak setiap<br />

152 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!