02.07.2013 Views

Bab I

Bab I

Bab I

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Henri dan Mariah hidup sebagai laki-bini. Kehidupan yang amat<br />

manis dan rukun, dan mendapatkan berkah dan orang tua dan semua<br />

keluarga, terpuji oleh handai-taulan. Kecintaan Mariah pada lakinya<br />

berbalas sayang. Kemudian cinta dua hati yang bersatu menghasilkan<br />

bunga hati. Ini terjadi pada 5 Januari 1869. Seorang bayi lelaki<br />

dilahirkan dalam keadaan sehat dan cakap, seperti bapaknya, Henri,<br />

seperti ibunya, Mariah, diberi nama Ari. Seorang bayi yang mendapat<br />

kasih sayang dari seluruh penjuru, dari ibu-bapaknya, dari<br />

Joyopranoto laki-bini, juga dari Sarinem.<br />

Ya. sinyo Ari berkulit putih bersih serupa Belanda totok. Sayang<br />

pada badannya ada cacat. Jari tangan kiri cuma empat.<br />

Kelingkingnya buntung dan di dalam telinganya sebelah kiri tumbuh<br />

karang kulit merah.<br />

Sinyo Ari sudah mulai besar, mulai bisa berjalan, sudah bisa<br />

menyebut papa, mama. Wah, seluruh keluarga rasanya tak mau<br />

berpisah daripadanya. Apalagi babu Sarinem. Dan semua orang<br />

heran melihat betapa cinta mereka pada sinyo Ari. Kasihan Sarinem,<br />

ia tetap tidak tahu, ialah sebenarnya ibu Siti Mariah alias Urip. Ia<br />

tetap tidak tahu sinyo Ari tak lain adalah cucunya sendiri.<br />

Penggalan Novel<br />

Jatuh Melarat<br />

Sumber: Haji Mukti Hikayah Siti Mariah<br />

“Ayah sudah datang, sajikanlah nasi itu Mak, saya pun sudah lapar,”<br />

kata Mariamin, budak yang berusia tujuh tahun itu.<br />

“Baik,” jawab si ibu, lalu meletakkan tikar*) yang tengah di<br />

anyamnya. “Panggilah ayahmu, supaya kita bersama-sama makan.<br />

Ini sudah hampir setengah delapan**), nanti Riam terlambat datang<br />

ke sekolah.”<br />

Setelah itu Mariamin pun pergilah ke bawah, mendapatkan<br />

ayahnya. Ibunya pergi ke kamar makan menyediakan makanan<br />

untuk mereka itu anak-beranak. Tiada berapa lama Mariamin<br />

datang, seraya berkata, “Ayah belum hendak makan.”<br />

“Di manakah ia sekarang?” tanya si ibu.<br />

184 Bahasa Indonesia XI Program Bahasa

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!