Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
gaya hidup<br />
Buat mereka yang masih sendiri, berkuliah<br />
lagi mungkin tak akan terlalu<br />
jadi masalah. Di mana pun kampus<br />
yang dipilih, selama ada biayanya, hayukk<br />
saja. Tapi tentu kondisi serupa tak berlaku<br />
untuk orang-orang yang “telanjur” berkeluarga.<br />
Berkuliah lagi tentu bukan perkara simpel.<br />
Masalah bisa dimulai dari persoalan keuangan<br />
keluarga. Sebab, bagaimanapun, berkuliah<br />
lagi memerlukan “tambahan” biaya. Kalaupun,<br />
misalnya, biaya kuliah didapat dari beasiswa,<br />
masih ada uang jalan selama berkuliah yang<br />
harus ditanggung.<br />
Masalah akan bertambah pelik<br />
ketika tempat kuliah<br />
yang dituju ternyata di<br />
luar negeri. Dari yang<br />
semula hanya soal keuangan,<br />
kini bertambah kompleks dengan<br />
persoalan “keutuhan” rumah tangga.<br />
Seperti yang dialami Fari, pria berusia 33<br />
tahun. Setahun lalu, lelaki yang memiliki<br />
dua anak itu mendapat beasiswa untuk<br />
melanjutkan kuliah S-2 di Jerman. Ini tentu<br />
kesempatan yang tak mungkin dilewatkannya.<br />
Dengan antusias, Fari pun menyampaikan<br />
kabar bahagia itu kepada Iren, istrinya. Iren<br />
sebenarnya ikut senang, tapi dia juga khawatir<br />
bagaimana mengatur manajemen rumah tangga<br />
nanti.<br />
Menurut Iren, hidup terpisah dari suami<br />
kurang-lebih dua tahun bukanlah perkara gampang.<br />
Anak-anaknya yang masih kecil belum<br />
tentu bisa mengerti kondisi itu. Fari kemudian<br />
mengajukan opsi untuk memboyong keluarganya<br />
ke luar negeri. Tujuannya agar anak-anak<br />
tetap memiliki keluarga yang utuh.<br />
Tapi, bagi Iren, itu bukan solusi terbaik. Ikut<br />
ke Jerman berarti dia harus berhenti dari pekerjaannya.<br />
Bagi Iren, berhenti bekerja bukan<br />
hanya persoalan eksistensi diri, tapi juga menyangkut<br />
pemasukan keluarga yang akan berkurang.<br />
Guncangan bisa saja terjadi kapan saja.<br />
Memang, selama tugas kuliah, Fari tetap<br />
mendapat gaji dari perusahaan tempatnya<br />
bekerja. Tapi, selama ini, gaji Fari tidak cukup<br />
untuk membiayai seluruh kebutuhan keuangan<br />
keluarga. “Selama ini, kami share pengeluaran,<br />
cicilan mobil, cicilan rumah, biaya anak sekolah,<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014