You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
gaya hidup<br />
semua kami share. Lalu gimana nanti kalau saya<br />
tak ada pemasukan?” keluh Iren.<br />
Hasil mengobrol dengan beberapa teman,<br />
Iren bisa saja bekerja di kota tempat suaminya<br />
berkuliah. Tapi memang bukan pekerjaan<br />
yang bisa “diharapkan” untuk jangka panjang.<br />
Iren pun makin bingung membuat keputusan.<br />
Keributan selalu muncul setiap kali Fari dan<br />
Iren membahas soal kuliah itu. Namun akhirnya<br />
Iren legowo melepas Fari pergi berkuliah.<br />
Sedangkan dia tetap di Indonesia bersama<br />
anak-anak.<br />
“Ini solusi terbaik menurut kami, lagi pula<br />
saya dan anak-anak masih bisa berkunjung ke<br />
Jerman. Dan ini kan hanya sementara,” ujarnya.<br />
Lain lagi cerita Dedy, pria 32 tahun. Ruri, istrinya,<br />
mendapat beasiswa S-2 di Jepang. Awalnya,<br />
Dedy yakin istrinya mau berangkat ke<br />
Jepang sendiri untuk berkuliah, sementara dia<br />
tetap bekerja di Indonesia dan mengurus anak.<br />
Tapi lamunan Dedy langsung buyar sewaktu<br />
Ruri ngotot agar Dedy ikut ke Jepang. Ruri beralasan<br />
dirinya tak tahan harus hidup berjauhan<br />
dengan anak semata wayangnya.<br />
Dedy memahami kekhawatiran Ruri. Tapi ia<br />
memikirkan pekerjaannya di Indonesia. Apakah<br />
hanya gara-gara menemani istri berkuliah dia<br />
harus merelakan pekerjaannya? Dedy benarbenar<br />
pusing.<br />
Masalah makin rumit saat orang tua Dedy<br />
melarangnya keluar dari pekerjaannya untuk<br />
menemani sang istri. “Itu kuliah kan cuma<br />
sementara, masak iya kamu harus berhenti<br />
bekerja?” begitu kata ibunda Dedy.<br />
Majalah detik 17 - 23 februari 2014