mekanisme domestik untuk mengadili pelanggaran ham ... - Elsam
mekanisme domestik untuk mengadili pelanggaran ham ... - Elsam
mekanisme domestik untuk mengadili pelanggaran ham ... - Elsam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Kursus HAM <strong>untuk</strong> Pengacara X, 2005<br />
Bahan Bacaan<br />
Materi : Pengadilan Hak Asasi Manusia<br />
1. Pengantar<br />
Bagian Ketiga<br />
KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN<br />
Perkembangan pengertian kejahatan terhadap kemanusiaan sangat menarik <strong>untuk</strong> diikuti. Hal ini sangat<br />
relevan dalam rangka implementasi UU No. 20 Tahun 2000, karena dalam penjelasan Pasal 7 dinyatakan<br />
bahwa kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam ketentuan ini sesuai dengan “Rome<br />
Statute of International Criminal Court”. Dengan demikian pelbagai logika dan spirit hukum dan perundangundangan<br />
yang terkait atas dasar Statuta Roma harus dipa<strong>ham</strong>i.<br />
Istilah kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity) pertama kali digunakan pada tahun 1915<br />
pada saat terjadi kasus “massacres of Turkey’s Armenian population”. Tuntutan atas dasar genosida gagal<br />
dengan alasan tidak mungkin setelah perang dibuat “retroactive criminal legislation”.<br />
Istilah ini muncul kembali pada tahun 1945 sebagai salah satu kategori kejahatan yang berada di bawah<br />
yurisdiksi Tribunal Nuremberg (di samping ‘war crimes’ dan ‘crimes against peace’). Sekalipun penentangan<br />
atas dasar larangan retroaktivitas muncul kembali, tetapi Tribunal Nuremberg berhasil meredamnya atas<br />
dasar “the principle of justice” dalam rangka <strong>mengadili</strong> penjahat perang Nazi.<br />
Hanya saja muncul pema<strong>ham</strong>an bahwa pemidanaan terhadap pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan<br />
mensyaratkan (nexus) hubungan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan kejahatan perang (war crimes).<br />
Bahkan kejahatan terhadap kemanusiaan dianggap merupakan kembar siam (Siamese twin) dari kejahatan<br />
perang.<br />
Hal ini bisa terjadi karena Tribunal Nuremberg merupakan “war crimes trials”. Pendekatan ini sangat<br />
membatasi proses pemidanaan terhadap <strong>pelanggaran</strong> HAM berat, sebab dalam kenyataannya kejahatan<br />
terhadap kemanusiaan dapat dilakukan di masa damai (committed during peacetime).<br />
Setelah itu Sidang Umum PBB berusaha merumuskan bentuk-bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan<br />
yang berat dan keji seperti genosida sebagai kejahatan mandiri yang dapat dilakukan baik di masa damai<br />
atau perang atas dasar hukum kebiasaan internasional (international customary law).<br />
2. Unsur-unsur Kejahatan Terhadap Kemanusiaan<br />
Secara umum unsur-unsur kejahatan mencakup unsur obyektif (criminal act, actus reus) berupa adanya<br />
perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang dan bersifat melawan hukum serta tidak adanya<br />
alasan pembenar, dan unsur subyektif (criminal responsibility, mens rea) yang mencakup unsur kesalahan<br />
dalam arti luas dan meliputi kemampuan bertanggungjawab, adanya unsur kesengajaan atau kealpaan<br />
serta tidak adanya alasan pemaaf.<br />
Khusus mengenai kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan HAM berat yang lain terdapat prinsip<br />
umum bahwa unsur-unsur kejahatan (the elements of crime) terdiri atas :<br />
(1) Unsur material yang berfokus pada perbuatan (conduct), akibat (consequences) dan keadaan-keadaan<br />
(circumstances) yang menyertai perbuatan;<br />
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 12