mekanisme domestik untuk mengadili pelanggaran ham ... - Elsam
mekanisme domestik untuk mengadili pelanggaran ham ... - Elsam
mekanisme domestik untuk mengadili pelanggaran ham ... - Elsam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Kursus HAM <strong>untuk</strong> Pengacara X, 2005<br />
Bahan Bacaan<br />
Materi : Pengadilan Hak Asasi Manusia<br />
Perkembangan selanjutnya yang terjadi adalah hukum pidana di beberapa negara mengatur kemungkinan<br />
pemidanaan secara extra-territorial terhadap kejahatan biasa. Contohnya Perancis. Bagi warganegara<br />
Perancis berlaku <strong>untuk</strong> semua kejahatan yang dipidana di Perancis dan <strong>untuk</strong> orang asing terbatas pada<br />
kejahatan melawan negara Perancis. Amerika menerapkan prinsip extra-territorial pada orang asing yang<br />
melakukan terorisme. KUHP Swedia memungkinkan diadilinya warganegara Swedia dan orang asing yang<br />
tinggal di Swedia atas kejahatan yang dilakukan di luar negeri dengan syarat perbuatan tersebut<br />
merupakan tindak pidana di tempat tersebut termasuk kejahatan menurut hukum internasional.<br />
8. Kesimpulan<br />
a. Pengadilan nasional merupakan ‘the primary forum’ <strong>untuk</strong> <strong>mengadili</strong> para pelanggar HAM berat.<br />
Pengadilan di mana kejahatan dilakukan sangat praktis mengingat (1) keterkaitan dengan masyarakat<br />
setempat, sehingga memiliki effek ‘deterrent’; (2) memudahkan mencari bukti-bukti, saksi-saksi dan para<br />
pelaku; (3) tidak mahal dan lebih mudah dilaksanakan;<br />
b. Kendala terhadap pengadilan nasional biasanya berkaitan dengan (1) disfungsionalisasi pengadilan<br />
karena sebab-sebab tertentu; (2) <strong>pelanggaran</strong> HAM biasanya berkaitan dengan kebijakan negara ;<br />
c. Pengadilan nasional hanya akan efektif apabila (1) dilakukan secara ‘fair and effective’; (2) keberadaan<br />
hukum materiil dan hukum formil yang memadai; (3) penyidik, penuntut umum, hakim dan pengacara<br />
terlatih dengan baik; (4) keberadaan infrastruktur sistem peradilan pidana yang memadai; dan (5)<br />
keberadaan budaya yang menghormati ‘fairness’ dan ‘impartiality’ dari proses peradilan dan hak-hak<br />
pelaku;<br />
d. Eksistensi dari Tribunal internasional, ‘mixed tribunals’ dan penerapan jurisdiksi universal sekalipun<br />
penting <strong>untuk</strong> memicu digelarnya pengadilan nasional sebaiknya hanya dilakukan apabila pengadilan<br />
nasional manunjukkan gejala ‘unwilling and unable’, sehingga peranannya bersifat komplementer<br />
terhadap pengadilan nasional.<br />
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 7