mekanisme domestik untuk mengadili pelanggaran ham ... - Elsam
mekanisme domestik untuk mengadili pelanggaran ham ... - Elsam
mekanisme domestik untuk mengadili pelanggaran ham ... - Elsam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Kursus HAM <strong>untuk</strong> Pengacara X, 2005<br />
Bahan Bacaan<br />
Materi : Pengadilan Hak Asasi Manusia<br />
Seringkali dikatakan bahwa perbedaan antara genosida dan kejahatan-kejahatan lain adalah apa yang<br />
dikategorikan sebagai “dolus specialis” atau kesengajaan khusus (special intent).<br />
(Catatan : 3 kejahatan yang dirumuskan dalam Statuta Roma mengandung perbuatan pembunuhan (killing<br />
or murder)).<br />
Apa yang memisahkan antara genosida dari kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang (war<br />
crimes) adalah bahwa genosida harus dilakukan dengan kesengajaan khusus (specific intent) <strong>untuk</strong><br />
memusnahkan seluruhnya atau sebagian kelompok di atas.<br />
Kesengajaan khusus ini mempunyai beberapa komponen. Pelaku harus bertujuan <strong>untuk</strong> memusnahkan<br />
kelompok tersebut. Dalam perdebatan yang terjadi sebelum Genocide Convention diadopsi, jenis<br />
pemusnahan diindikasikan mengandung 3 kategori kemungkinan : fisik, biologis dan kultural. Genosida<br />
kultural merupakan hal yang tersulit di antara ketiga kategori, sebab dapat diinterpretasikan meliputi pula<br />
penindasan (suppression) terhadap bahasa nasional atau ukuran yang lain.<br />
Hal ini akhirnya dikeluarkan dari konvensi. Namun demikian pelbagai saran mengusulkan agar saat ini<br />
ketiga bentuk pemusnahan (fisik, biologis dan kultural) tersebut bisa diterima sebagai konstruksi progresif.<br />
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa genosida kultural (cultural genocide) terbukti merupakan indikator<br />
penting dari “physical genocide”.<br />
Definisi genosida tidak memuat secara formal persyaratan bahwa perbuatan yang dilakukan merupakan<br />
bagian dari serangan yang meluas atau sistematik atau sebagai bagian dari perencanaan yang umum atau<br />
terorganisasi <strong>untuk</strong> memusnahkan kelompok sebagaimana ditentukan bagi kejahatan terhadap<br />
kemanusiaan. Namun dapat dikatakan bahwa hal ini merupakan karakteristik tersirat (implicit characteristic)<br />
dari kejahatan genosida. Walaupun demikian harus diakui adanya praktek yang dinamakan “lone genocidal<br />
maniac” (Jelesic Case, Former Yugoslavia).<br />
Dokumen tentang elemen Kejahatan ICC mensyaratkan bahwa perbuatan genosida terjadi dalam konteks<br />
sebuah bentuk nyata atau “manifest pattern” dari perbuatan yang serupa ditujukan terhadap kelompok<br />
atau merupakan perbuatan yang dapat mengakibatkan pemusnahan. Kata-kata seluruhnya atau sebagian<br />
mengindikasikan dimensi kuantitatif yang signifikan. Kesengajaan <strong>untuk</strong> membunuh hanya sedikit anggota<br />
kelompok bukan merupakan genosida. “Part”, it must be “substantial part”. Tetapi sekali lagi harus dicatat<br />
bahwa yang penting adalah bukan jumlah aktual dari korban, tetapi kesengajaan dari pelaku <strong>untuk</strong><br />
memusnahkan sejumlah besar anggota kelompok. Semakin besar korban semakin logis kesimpulan tentang<br />
adanya kesengajaan <strong>untuk</strong> melakukan pemusnahan tersebut (seluruhnya atau sebagian).<br />
Ukuran kelompok atas dasar ikatan politik dan sosial ditolak pada tahun 1948, begitu pula dalam ICC,<br />
sebab keempat kategori kelompok tersebut pada kejahatan genosida mengacu pada minoritas etnis dan<br />
nasional sebagaimana diatur dalam hukum atau dokumen HAM yang juga terkesan menghindari definisi<br />
yang tepat. Kata-kata “as such” merupakan kompromi bahwa di samping “intentional element” terdapat juga<br />
“motive”. Motif antara lain bisa berupa kecemburuan, kebencian atau kerakusan. Hal ini sebenarnya<br />
mempersulit pembuktian, sehingga banyak ditolak adanya penafsiran definisi.<br />
Unsur “mens rea” (mental element) bersifat membatasi 5 perbuatan tersebut di atas, sehingga perbuatan<br />
yang saat ini dikenal sebagai “ethnic cleansing” cenderung dipidana atas dasar kejahatan terhadap<br />
kemanusiaan.<br />
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 16