11.07.2015 Views

Strategi Pembangunan Kalimantan Timur yang Berkelanjutan dan ...

Strategi Pembangunan Kalimantan Timur yang Berkelanjutan dan ...

Strategi Pembangunan Kalimantan Timur yang Berkelanjutan dan ...

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

46memungkinkan pasokan kayu <strong>yang</strong> ramah lingkungan untuk menyokong industri hilir <strong>yang</strong> telahdiperluas, <strong>dan</strong> akan menciptakan 40.000 sampai dengan 60.000 lapangan kerja <strong>yang</strong> tersedia didaerah <strong>dan</strong> memberikan kontribusi mencapai Rp 20 triliun ke dalam PDB provinsi.Konteks saat iniIndustri kehutanan telah mengalami kemerosotan perlahan selama lebih dari sepuluhtahun. Namun demikian, kehutanan masih tetap sektor terbesar <strong>Kalimantan</strong> <strong>Timur</strong> dalam halpenggunaan lahan, <strong>yang</strong> meliputi wilayah seluas lebih dari 7,5 juta ha. Kontras dengan wilayah<strong>yang</strong> terbentang luas, kontribusi ekonomi sektor kehutanan 14 terhadap PDB relatif kecil yaitusekitar Rp 2,1 triliun saat ini. Kontribusi terhadap PDB ini telah menurun secara terus-menerussejak akhir tahun 1990-an ketika saat itu mencapai puncaknya pada Rp4 triliun (GAMBAR 21).Kemerosotan pada sektor kehutanan disebabkan oleh karena sejarah pembalakanberlebih serta rendahnya produktivitas perkebunan. Banyak hutan produksi (HakPengusahaan Hutan, HPH) mengalami pembalakan berlebih atau pembalakan liar di masalampau <strong>dan</strong> saat ini hanya dapat memasok kayu gelondongan bernilai tinggi dalam jumlahsedikit. Lebih jauh lagi, hutan-hutan tanaman di <strong>Kalimantan</strong> <strong>Timur</strong> (Hutan Tanaman Industri,HTI) pernah berada pada tingkat produktivitas <strong>yang</strong> sangat rendah, sebagai akibat dari praktikpraktikpengelolaan <strong>yang</strong> buruk seperti misalnya pemanfaatan budi daya hutan <strong>yang</strong> tidak efisien.Produktivitas <strong>dan</strong> pemanfaatan HTI pun telah diperlambat oleh kebutuhan kayu <strong>yang</strong> lebih rendahdaripada <strong>yang</strong> diperkirakan (khususnya kayu bubur kertas) di <strong>Kalimantan</strong> <strong>Timur</strong>, karena rencanaperluasan <strong>dan</strong> investasi lebih lanjut dalam kapasitas pemrosesan hilir belum terealisasi.Emisi netto kehutanan mencapai angka <strong>yang</strong> signifikan yaitu sekitar 45 MtCO2e. Empatfaktor utama terkait penggunaan lahan merupakan pendorong emisi <strong>yang</strong> berasal dari sektorkehutanan; perusakan hutan karena pembalakan liar, deforestasi akibat dari konversi hutanmenjadi hutan tanaman, pembusukan gambut akibat pembalakan <strong>dan</strong> konversi pada lahangambut, <strong>dan</strong> pembakaran <strong>yang</strong> digunakan untuk pembukaan lahan <strong>dan</strong> pemberisahan puing(GAMBAR 22). Sektor kehutanan juga merupakan penyerap CO2e terbesar di <strong>Kalimantan</strong> <strong>Timur</strong>,<strong>yang</strong> menyerap 34 MtCO2e pada tahun 2010.Praktik pengelolaan hutan produksi (HPH) di <strong>Kalimantan</strong> <strong>Timur</strong> adalah sumber emisitunggal terbesar di sektor kehutanan yaitu sebesar 34 MtCO2e per tahun. Teknik-teknikpembalakan saat ini menyebabkan kerusakan sampingan <strong>yang</strong> besar juga ditambah denganoleh matinya banyak pohon <strong>yang</strong> tertimbun ketika kayu ditebang <strong>dan</strong> dikeluarkan dari hutan.Emisi dari kerusakan sampingan ini beberapa kali lipat lebih banyak dibandingkan emisi dari kayu<strong>yang</strong> ditebang. Kerusakan semacam ini sering terjadi karena praktik-praktik pembalakan tidakramah lingkungan, perencanaan panen <strong>yang</strong> kurang, pelatihan para pekerja hutan <strong>yang</strong> kurang,ketidakmampuan dalam pengelolaan, <strong>dan</strong> penggunaan teknik penyara<strong>dan</strong> <strong>yang</strong> tidak tepat.Semua faktor di atas menyebabkan rendahnya pertumbuhan pohon-pohon <strong>yang</strong> tersisa. Teknikteknikpembalakan <strong>yang</strong> buruk dapat menyebabkan kerugian netto sebesar 30 persen dari stokkarbon awal sebuah hutan selama siklus pembalakan.DRAFTPerluasan wilayah hutan tanaman di tahun-tahun belakangan ini telah menyebabkandikonversikannya hutan alam dalam ukuran <strong>yang</strong> besar, <strong>yang</strong> menyebabkan emisisebesar 24 MtCO2e pada tahun 2010. Konversi hutan alam primer <strong>dan</strong> sekunder menjadi hutantanaman menyebabkan hilangnya karbon netto sampai dengan 70 persen dari stok karbon awalhutan, menjadikan konversi sebagai sumber emisi terbesar kedua dari sektor kehutanan.Emisi dari pembusukan gambut relative keccil dibandingkan provinsi lain di <strong>Kalimantan</strong>,tetapi masih menghasilkan emisi sebesar 13 MtCO2e pada tahun 2010. Lahan-lahangambut di <strong>Kalimantan</strong> <strong>Timur</strong> sebagian diambilalih oleh hutan tanaman <strong>dan</strong> konsesi pembalakan.Tanah gambut di wilayah-wilayah ini rusak akibat dari pengeringan untuk kegiatan pembalakan<strong>dan</strong> pemanenan. Karena wilayah lahan gambut <strong>yang</strong> rusak meningkat dengan a<strong>dan</strong>ya konsesikonsesibaru, emisi diperkirakan mencapai 17 MtCO2e pada tahun 2030.14 terlepas dari produk kayu <strong>dan</strong> manufaktur bubur kertas <strong>dan</strong> kertas

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!