11.07.2015 Views

Strategi Pembangunan Kalimantan Timur yang Berkelanjutan dan ...

Strategi Pembangunan Kalimantan Timur yang Berkelanjutan dan ...

Strategi Pembangunan Kalimantan Timur yang Berkelanjutan dan ...

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

88emisi sebesar 0,8 MtCO2e <strong>dan</strong> pelaksanaan program efisiensi energi di pengolahan Balikpapanakan menurunkan emisi sebesar 0.3 MtCO2e.Kebijakan <strong>dan</strong> Lembaga <strong>yang</strong> dibutuhkanUntuk mempercepat eksplorasi, terdapat lima tantangan <strong>yang</strong> harus ditangani seperti<strong>yang</strong> dilaporkan oleh industri: ketidakpastian regulasi mengenai pemulihan biaya telahmenghambat investasi sektor swasta; kesucian kontrak ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g dilanggar; perselisihandengan instansi lain <strong>yang</strong> tidak terduga, seperti dengan kantor pajak akan menciptakan biayatambahan; tarif pajak keseluruhan tidak kompetitif dengan lokasi eksplorasi lainnya, <strong>dan</strong>kurangnya keamanan aset <strong>dan</strong> hak-hak kepemilikan menyebabkan ketidakpastian.<strong>Kalimantan</strong> <strong>Timur</strong> harus membantu industri untuk mengatasi tantangan-tantanganeksplorasi ini dengan mendorong BP MIGAS untuk beralih dari fokus pada pemulihan biayake pemaksimalan investasi; mendorong BP MIGAS untuk segera menyelesaikan sengketadi Lepas Pantai Mahakam secara transparan <strong>dan</strong> kredibel; aktif mengumpulkan umpan balik<strong>yang</strong> berkaitan dengan campur tangan oleh lembaga lain dari perusahaan-perusahaan besar<strong>dan</strong> menyampaikannya kementerian-kementerian nasional; aktif mengumpulkan umpan balikmengenai tarif pajak total dari perusahaan besar <strong>dan</strong> menyampaikannya ke kementeriankementeriannasional, <strong>dan</strong> menciptakan pusat layanan satu atap dengan staf <strong>yang</strong> berdedikasikepada PSC terbesar untuk memfasilitasi akses <strong>dan</strong> menjamin keamanan.Terdapat empat masalah peraturan <strong>yang</strong> menghambat pengembangan CBM: RezimPSC, kebutuhan untuk pengadaan lokal, akses terhadap tanah, <strong>dan</strong> pengelolaan air.Rezim PSC berbasi minyak <strong>dan</strong> gas <strong>yang</strong> ada tidak kondusif bagi pengembangan CBM. Karenaskema pemulihan biaya, semua pengeboran sumur, program kerja <strong>dan</strong> anggaran harus disetujuiterlebih dahulu oleh BP MIGAS. Hal ini tidak cocok bagi aktivitas CBM <strong>yang</strong> bersifat kompleks<strong>dan</strong> panjang. Sebagai contoh, dengan proses persetujuan rezim PSC <strong>yang</strong> panjang, saat inibisa memakan waktu hingga satu tahun untuk mendapat persetujuan pada satu sumur, padahalCBM membutuhkan ratusan sumur <strong>yang</strong> harus dibor. Demikian pula dengan persetujuan lainnyauntuk program kerja, anggaran, <strong>dan</strong> hal-hal lainnya membutuhkan waktu <strong>yang</strong> sangat lama <strong>dan</strong>dengan demikian tidak cocok untuk pengembangan bertahap diperlukan CBM. Skema PSC <strong>yang</strong>ada juga mengharuskan First Tranche Petroleum (FTP), sebuah mekanisme di mana PemerintahIndonesia dapat mengklaim di muka 20 persen dari produksi brutonya terlepas dari apakahvolume produksi akan cukup untuk menutup biaya total eksplorasi <strong>dan</strong> pengembangan investasioleh kontraktor. Skema ini, walaupun memberikan kepastian pendapatan bagi PemerintahIndonesia, berarti risiko <strong>yang</strong> lebih tinggi bagi kontraktor. Ini tidak kondusif bagi pengembanganCBM <strong>yang</strong> memerlukan investasi dimuka <strong>yang</strong> lebih tinggi. Negara-negara seperti India <strong>dan</strong> Cinamenawarkan rezim fiskal <strong>yang</strong> lebih baik untuk mengatasi risiko di muka <strong>yang</strong> tinggi terkait denganpengembangan CBMDRAFTPersyaratan untuk pengadaan lokal menghambat pengembangan CBM. Peraturan saatini mensyaratkan operator untuk menggunakan kontraktor lokal <strong>dan</strong> pengadaan peralatan lokal.Pengadaan non-lokal hanya diperbolehkan dengan persetujuan Menteri Energi <strong>dan</strong> SumberDaya Mineral. Namun, karena bisnis CBM relatif baru bagi Indonesia, belum terdapat pemasokperalatan <strong>dan</strong> kontraktor lokal <strong>yang</strong> telah membangun keterampilan untuk mendukung proyekproyekpengembangan CBM. berskala besar. Aturan pengadaan <strong>dan</strong> persyaratan kandunganlokal <strong>yang</strong> ada saat ini mempersulit operator CBM untuk mengimpor keterampilan <strong>dan</strong> peralatan<strong>yang</strong> diperlukan.Konflik mengenai akses tanah menghambat pengembangan CBM. Sebagian besar lahandi cekungan CBM kemungkinan besar sudah dimiliki oleh pihak lain, misalnya, penambang batubara, perusahaan minyak <strong>dan</strong> gas, perkebunan kelapa sawit, atau perusahaan pembalakan kayu.Meskipun Keputusan Menteri No 36/2008 telah menjelaskan aturan mengenai hak operatorCBM <strong>dan</strong> akses ke lahan, yaitu, perusahaan CBM dapat bernegosiasi dengan pihak lain untukmengakses lahan, namun hal tersebut tidak cukup untuk menyelesaikan proses negosiasi <strong>yang</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!