11.07.2015 Views

14/PUU-VI/2008 - Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi

14/PUU-VI/2008 - Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi

14/PUU-VI/2008 - Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

25bahasan ilmiah yang melibatkan sejarawan seperti Anhar Gonggong, AsviWarman Adam dan lainnya, mungkin pelarangan itu sedikitnya telah bertolakdari pandangan ilmiah;5. Bahwa menurut Pemohon, jika buku sejarah yang dilarang oleh Jaksa Agungtersebut tidak mencantumkan PKI sebagai pemberontak pada 1965, tidaklahmengherankan. Banyak sekali buku publikasi domestik dan luar negeri yangmeragukan keterlibatan PKI, meskipun versi pemerintah menyebut PKI tetapterlibat. Akibatnya, di masyarakat muncul beragam versi yang berbeda,sehingga menurut Jaksa Agung Muda Muchtar dapat menimbulkan keresahandan pada akhirnya akan mengganggu ketertiban umum;6. Bahwa dengan adanya pemberitaan di media tentang pelarangan tersebutberikut argumentasi baik yang pro maupun kontra terhadap kebijakanKejaksaan Agung, Pemohon kemudian terdorong untuk menulis. Dari berbagaimemori tentang sejarah pelarangan buku dan sejenisnya itu, satu di antaranyayang Pemohon ingat adalah kisah Joesoef Isak;7. Bahwa berdasarkan pengetahuan Pemohon, Joesoef Isak diperiksa selamasebulan oleh Kejaksaan Agung menyusul terbitnya roman "Anak SemuaBangsa" dan “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer. Joesoef adalahpenerbit Hasta Mitra (1980) dan penerbit karya Pramoedya Ananta Toer yangkemudian dilarang tersebut. Pramoedya Ananta Toer pernah meringkuk dipenjara pada 1965 dan 1966 dan meringkuk lagi di penjara Salemba sejak1967 selama 10 tahun;8. Bahwa atas keberanian Joesoef Isak menerbitkan karya Pramoedya AnantaToer tersebut, Joesoef Isak menerima hadiah "Jeri Laber Pour Ia Liberte del'edition" dari Perhimpunan Para Penerbit Amerika, partner Pen AmericanCenter pada bulan April 2004 di New York. Bahwa selain itu Joesoef Isak jugamenerima hadiah sejenis dari Australia dan Belanda;9. Bahwa Majalah MEDIUM pernah menulis kisah Joesoef Isak ini saat berbicarapada "Hari Sastra Indonesia" di Paris pada Oktober 2004 lalu. Saat itu, iabertutur tentang jalannya interogasi tersebut. Mulanya, ia mengusulkan supayaKejaksaan Agung menggelar sebuah simposium ahli untuk membicarakansecara objektif karya Pram. Tapi ternyata ditolak. Alasannya, interogator lebihpaham dari siapapun bahwa "Bumi Manusia" dan "Anak Semua Bangsa"adalah karya sastra Marxis. Anehnya, ketika diinterogasi, aparat kejaksaan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!