Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006wawancara secara kebetulan denganmahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan dibeberapa lokasi, mereka menekankan padakemampuan internet. Kemampuan internetdiperlukan dalam era globalisasi dalam wujud(a) menggunakan internet untuk menelusurinformasi dengan menggunakan mesin pencari(search engines), (b) menggunakan internetuntuk akses ke jasa terpasang/dalam jaringanlokal maupun asing, (c) menggunakan internetuntuk katalogisasi dan klasifikasi, (d)menggunakan file transfer protocol atau FTP,(e) mendayagunakan teknik penelusuran yangefektif, (f) menggunakan internet untukmenjawab pertanyaan referens.Kemampuan “dasar” TIK bagi pustakawanmencakup butir 1 sampai dengan 9 sedangkankompetensi 10 s.d. 12 diperlukan bagipustakawan yang ingin mengembangkankemampuan TIK-nya lebih lanjut. Berdasarkanpengalaman lapangan di Jakarta dan Bogor,terdapat lulusan JIP yang sudah mampumenguasai kompetensi tersebut. Hasil karyamereka terlihat pada beberapa sistem otomasidi berbagai perpustakaan. Misalnya diperpustakaan IPB yang mengembangaknsistem otomasi bahkan menjualnya keperpustakaan lain.Kemampuan 1 s.d. 9 ditambah dengankemampuan komunikasi dan menyampaikankeinginan pustakawan kepada analis sistemdan pranata komputer dapat dijumpai diperpustakaan perguruan tinggi yangmengembangkan sistem ing-griya (in-houseprogram). Contoh terdapat di perpustakaan<strong>Universitas</strong> Bina Nusantara di Jakarta,<strong>Universitas</strong> Kristen Petra di Surabaya, UnikaAtma Jaya dan <strong>Universitas</strong> Indonesia.Kemampuan TIK dari nomor 1 s.d. 4 jugadapat diterapkan pada mahasiswa bidangkesehatan (Oberprieler, 2005) serta petugasreferens dalam konteks lebih terbatas (Kohand Al-Hawamdeh, 2002).Kemampuan lain yang perlu dikuasaipustakawan adalah kemampuan keilmuanserta bahasa. Kemampuan keilmuanmenyangkut kepustakawanan, baik menggunakanTIK maupun tidak, yang bersumber pada ilmuperpustakaan dan informasi. Maka pengajarankepustakawanan tradisional yang lazimdikaitkan dengan kegiatan berbasis manualmasih diperlukan. Contohnya tugas referens,walaupun di internet tersedia banyak sumberreferens, dalam hal tertentu menggunakanbuku cetak lebih cepat. Contoh mencari asalusul kata atau letak sebuah pulau akan lebihcepat menggunakan materi tercetak daripadamateri di internet.Keberadaan TIK diharapkan tidak mengaburkanmisi perpustakaan yaitu menyediakan data daninformasi bagi pemakai. Karena pemakai tetapmerupakan tujuan utama maka tidaklahmengherankan bila pada banyak kompetensiyang dikembangkan oleh asosiasi pustakawanmaupun lembaga pendidikan pustakawan selaluada kompetensi menghubungkan pemakaidengan informasi, termasuk memahamibagaimana informasi diciptakan, disebarkanserta fasilitasi akses ke informasi (Moran Jr,2005).Tabel – 3: Frequency of English Use by Seven University LibrariansCommunication activities Very often Often Sometimes Rarely NeverSurfing the internet 6 1Corresponding through e-mail 1 2 4Chatting with fellow professionals 1 4 2Collaborating to build a new web 1 2 4Attending seminars at home/abroad 1 2 4Presenting works at international1 6conferencesGiving formal speeches 1 6Translating textbooks 1 6Translating journal articles 1 6Sharing ideas with experts 1 5 1Sumber: Rusmono (2004)Halaman 60
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Kemampuan berikutnya yang diperlukan ialahpenguasaan bahasa Inggris tulis dan lisan(Sulistyo, 1999, 2001). Bila pada saat iniprogram pascasarjana masih mensyaratkankelulusan tingkat TOEFL pada angka 450,maka angka tersebut belum banyakbermanfaat untuk membaca teks Inggrisdengan baik. Padahal hampir 80% literaturkepustakawanan tertulis dalam bahasa Inggris.Rusmono (2004) mengemukakan betaparendahnya penggunaan bahasa Inggris dikalangan pustakawan universitas (Tabel-3).Kompas (24 Agustus 2006) menulis di kolomtajuk rencana berjudul Daerah PerdaganganBebas atau Free Trade Area (FTA). Pasartunggal tersebut dipercepat realisasinya, daritahun 2020 menjadi 2015. Dalam pengertianpasar tunggal ASEAN akan terdapatpergerakan bebas dalam bidang perdagangan,barang dan nantinya manusia di kawasanASEAN. Hal itu berarti bahwa tenagaprofesional informasi (termasuk pustakawan)bebas bergerak di seantero ASEAN. Ituberarti bahwa Indonesia akan didatangipustakawan dari negara jiran. Itu berartibahwa pustakawan Indonesia menghadapipersaingan pustakawan yang relatif hidupdalam lingkungan berbahasa Inggris sepertiFilipina, Singapura, dan juga Malaysia. Makatuntutan kemampuan TOEFL pada angka 450harus dinaikkan menjadi setidak-tidaknya 500atau kini 550. Itu berarti bahwa pustakawanIndonesia harus belajar terus menerusmengasah kemampuan bahasa Inggrisnya bilamau bersaing dalam pasaran bebas.Persaingan sesama pustakawan akanberlangsung lebih ketat manakala FTA yangdiusulkan Jepang mencakup 16 negara yaitu10 negara ASEAN ditambah Cina, India,Korea Selatan, Jepang, Australia dan NewZeland.Menyangkut TIK, negara seperti Singapuradan Malaysia sudah mendayagunakan TIKuntuk keperluan pengolahan dan penyimpananinformasi sehingga memaksa lembagapendidikan mereka menekankan banyak aspekTIK. Maka pustakawan Indonesia perlumenguasai kompetensi TIK (Tabel – 1) danmengembangkan diri sampai kompetensinomor 12. Sudah tentu tidak semuapustakawan harus menguasai sampaikompetensi nomor 12, namun untukkompetensi 1 s.d. 9 merupakan hal yangmutlak wajib.Di segi lain, pasar terbuka ASEAN tidaksemuanya dimasuki pesaing, terutama untuksektor pemerintahan (Sulistyo, 2001). Namundemikian sektor swasta akan menuntutkompetensi TIK yang lebih tinggi karenarelatif mereka lebih cepat menggunakan TIKdaripada sektor pemerintah,Bagi lembaga pendidikan (pustakawan), mautidak mau harus berbenah diri dalampengembangan kurikulum menyangkut TIKtermasuk penyediaan sarana pembelajaran danpengajarnya. Bila memperhatikan iklanlowongan pustakawan, lazimnya selaludicantumkan syarat memahami TIKmenyangkut pengoperasian komputer danInternet, bahkan sampai ada yang lebihspesifik menguasai CDS/ISIS, terlepas darikelemahan CDS/ISIS. Bila kompetensiinternet yang diinginkan, maka fasilitas untukpraktik internet harus disediakan olehlembaga pendidikan. Pengajar lain juga harusbersiap pula misalnya pengajar referens yangharus tahu bagaimana menelusur menggunakanberbagai mesin pencari, mengenali pangkalandata tersembunyi, fasilitas OA (OpenArchives), jurnal yang dapat diakses secaragratis, dll. Untuk katalogisasi dan klasifikasijuga dapat memanfaatkan katalog berbagaiperpustakaan besar yang dapat diunduhtermasuk OCLC World Cat yang terbukauntuk umum mulai tahun 2006 tanpa bayaran.Keberadaan TIK di lembaga pendidikan jugaseharusnya dapat dikembangkan ke arah e-learning artinya istilah generik yang berkaitandengan pembelajaran berbantuan teknologisebagai larik alat pengajaran danpembelajaran seperti telepon, audio danvideotape, teleconference, transmisi satelitdan pelatihan berbasis web atau pengajaranberbantuan komputer, dikenal juga sebagaipengajaran terpasang (dalam jaringan). DiIndonesia e-learning sudah dikenal setidaktidaknyasejak tahun 2000 atau sebelumnya,sudah dikembangkan oleh berbagai programstudi (setidak-tidaknya berjumlah 60) namunHalaman 61