13.07.2015 Views

yesaya: sang nabi dan jamannya, pasal 1-39 - Free Bible Commentary

yesaya: sang nabi dan jamannya, pasal 1-39 - Free Bible Commentary

yesaya: sang nabi dan jamannya, pasal 1-39 - Free Bible Commentary

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

A. dari James W. Sire, Scripture Twisting, hal 17-18:“Penerangan datang dalam pikiran dari anak-anak Allah – bukan hanya kepada orang-orang rohanitingkat tinggi saja. Tidak ada kelompok “guru” dalam Kekristenan yang Alkitabiah, tak ada orang bijak, takada orang yang merupakan penafsir yang sempurna. Dengan demikian, sementara Roh Kudusmengaruniakan karunia-karunia hikmat, pengetahuan, <strong>dan</strong> membedakan roh, Ia tidak menugaskan orangorangKristen yang diperlengkapi ini menjadi satu-satunya penafsir yang sah dari Firman Allah. Hal initerserah kepada tiap anakNya untuk belajar, menimbang, <strong>dan</strong> memahami sesuai petunjuk Alkitab yangberdiri sebagai penguasa bahkan bagi mereka yang dikaruniai Allah kemampuan yang khusus. Secararingkas, asumsi yang saya buat bagi keseluruhan buku adalah bahwa Alkitab adalah pernyatan yang benardari Allah kepada semua umat manusia, yang merupakan penguasa teritnggi dari segala hal yangdikatakanNya, <strong>dan</strong> juga secara keseluruhan bukan suatu misteri, hingga bisa cukup dipahami oleh orangbiasa dalam tiap budaya.”B. Tentang Kierkegaard, tertulis dalam Bernard Ramm, Protestant Biblical Interpretation, hal 75.:Menurut Kierkegaard mempelajari kesejarahan, leksikal <strong>dan</strong> ke-tata-bahasa-an dari Alkitab adalahkeharusan, namun hanya merupakan tahapan awal dari pembacaan Alkitab sebenarnya. “Untuk membacaAlkitab sebagai Firman Tuhan, seseorang harus membaca dengan hatinya dalam mulutnya, dengankesadaran, dengan suatu pengharapan yang besar, dalam suatu percakapan dengan Tuhan. MembacaAlkitab dengan tanpa berpikir, secara sembarang, atau secara akademis, atau secara professional, bukanmembaca Alkitab sebagai Firman Allah. Orang yang membacanya seperti membaca sebuah surat cinta,orang tersebut membacanya sebagai Firman Allah.”C. H. H. Rowley dalam The Relevance of the <strong>Bible</strong>, hal. 19:“Tak satupun dari pemahaman secara intelektual mengenai Alkitab, betapapun lengkapnya, mampumencakup keseluruhan harta di dalamnya. Pernyataan ini bukan bermaksud untuk merendahkanpemahaman intelektual karena pemahaman tersebut <strong>sang</strong>at hakiki bagi suatu pemahaman yang lengkap.Namun untuk menunjukkan perlunya pemahaman secara rohani akan harta harta rohani dalam Alkitab,sebagai syarat kelengkapan pemahaman. Dan untuk pemahaman rohani ini, keberadaan hal-hal di ataskesadaran intelektualitas merupakan suatu keharusan. Hal-hal Rohani harus dimengerti secara Rohani, <strong>dan</strong>siswa Sekolah Alkitab perlu memiliki sikap penerimaan rohani, yaitu kerinduan untuk mencari Tuhan untukmenundukkan diri kepadaNya, jika ia harus belajar melampaui batas keimiahan untuk mendapatkankelimpahan warisan dari Buku di atas segala buku ini”VI Metode dari Komentari iniKomentari Pedoman Belajar ini dirancang untuk membantu prosedur penafsiran anda dengan cara-cara sebagaiberikut:A. Mengawali tiap buku dengan garis besar kesejarahan. Setelah anda menyelesaikan “siklus pembacaan #3”Periksa informasi yang tersedia ini.B. Pengertian-pengertian Kontekstual dapat ditemukan di bagian awal dari setiap <strong>pasal</strong>. Hal ini akanmembantu anda untuk melihat bagaimana kelompok-kelompok tulisan disusun.C. Di awal dari tiap <strong>pasal</strong> atau bagian tulisan utama pembagian-pembagian paragraph <strong>dan</strong> keteranganketerangannyadisediakan dalam beberapa terjemahan modern:1. Naskah Yunani The United <strong>Bible</strong> Society, revisi dari edisi ke-4 (UBS4).2. New American Standard <strong>Bible</strong> (NASB) pembaharuan tahun 19953. The New King James Version (NKJV)4. The New Revised Standard Version (NRSV)5. The Today’s English Version (TEV)6. The Jerusalem <strong>Bible</strong> (JB)Pembagian paragraph bukan berasal dari ilham Allah. Pembagian ini harus didasarkan atas konteks. Denganmemperbandingkan beberapa terjemahan modern dengan teori penterjemahan <strong>dan</strong> sudut pan<strong>dan</strong>g teologisyang berbeda, kita bisa menganalisis kemungkinan struktur pemikiran dari si penulis asli. Setiap paragrafmemiliki satu kebenaran utama. Hal ini dinamakan “kalimat topik” atau “ide sentral dari tulisan”. Pokokpemikiran ini adalah kunci dari penafsiran kesejarahan <strong>dan</strong> ke-tata-bahasa-an. Orang tidak seharusnyamenafsirkan, mengkhotbahkan, atau mengajarkan tentang hal yang kurang dari satu paragraf! Juga ingatbahwa tiap paragraf terkati dengan paragraf-paragraf di sekitarnya. Itulah sebabnya suatu garis besarxvii

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!