Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
NASIONAL<br />
Majelis hakim konstitusi<br />
dalam sidang pembacaan<br />
putusan soal pemeriksaan<br />
anggota DPR yang harus<br />
melalui persetujuan<br />
presiden di gedung<br />
Mahkamah Konstitusi,<br />
Jakarta, Selasa (22/9).<br />
DOK MK<br />
SUPRIYADI Widodo Eddyono<br />
belum menyerah. Setelah putusan<br />
uji materi Pasal 245 Undang-Undang<br />
Nomor 17 Tahun <strong>201</strong>4 tentang<br />
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan<br />
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,<br />
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang ia<br />
ajukan ke Mahkamah Konstitusi, tidak seusai<br />
dengan harapan, kini ia mencari celah untuk<br />
mengajukan permohonan gugatan baru.<br />
Direktur Institute for Criminal Justice Reform<br />
itu akan kembali menggugat Pasal 245 UU Nomor<br />
17 Tahun <strong>201</strong>4 yang telah diputus lembaga<br />
penguji undang-undang tersebut. Pihaknya<br />
kini sedang merumuskan argumen kedudukan<br />
hukum (legal standing) yang tepat sebagai<br />
syarat pemohon uji materi.<br />
“(Argumennya) apakah persetujuan presiden<br />
(untuk memeriksa anggota DPR) melanggar<br />
kepentingan saya,” kata Supriyadi saat ditemui<br />
di kantornya, Rabu, 30 September lalu.<br />
Mahkamah Konstitusi pada Selasa, 22 September<br />
<strong>201</strong>5, membacakan putusan uji materi<br />
Pasal 245 UU Nomor 17 Tahun <strong>201</strong>4, atau yang<br />
lazim disebut UU MD3. Putusan uji materi<br />
bernomor 76/PUU-XII/<strong>201</strong>4 itu sebenarnya<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER <strong>201</strong>5