Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
42 | SUB BGT | <strong>SCG</strong> februari <strong>2020</strong><br />
menguntungkan. Dengan pola ini, satu bibit<br />
bisa dikembangkan menjadi ratusan tanaman.<br />
Jauh menguntungkan daripada dikembangkan<br />
secara natural, yang satu bibit hanya<br />
menghasilkan satu tanaman,” kata Anis Satu<br />
Risda, pengelola laboratorium.<br />
Laboratorium itu meliputi ruang bahan kimia,<br />
ruang pembuatan media, ruang inkubator atau<br />
tabur, dan ruang inkubasi. Di ruang inkubator,<br />
ada petugas yang menabur benih anggrek,<br />
memasukkannya ke dalam botol-botol, lalu<br />
memindahkannya ke ruang inkubasi.<br />
Anggrek yang sudah berbunga, ia menjelaskan,<br />
akan diambil buahnya lalu ditaburkan ke dalam<br />
media steril dalam botol di ruang inkubator. Setelah<br />
itu, botol-botol yang sudah berisi benih anggrek<br />
dipindahkan ke ruang inkubasi.<br />
“Dari satu buah anggrek itu, bisa tumbuh<br />
ribuan anggrek, jadi banyak sekali,” katanya.<br />
Setelah masa inkubasi, sekitar tiga bulan,<br />
akan muncul embrio somatik tanaman anggrek<br />
yang disebut protocorm like bodies (PLB), yang<br />
kemudian akan dilakukan subkultur lagi selama<br />
tiga bulan hingga muncul planlet. Setelah tiga<br />
bulan, akar dan daun akan tumbuh.<br />
Dikatakan, seluruhnya butuh waktu sampai<br />
sembilan bulan dari penaburan benih sampai<br />
akar dan daun terbentuk sempurna. Bibit<br />
selanjutnya akan menjalani proses aklimatisasi,<br />
diletakkan di media moss atau pakis dan<br />
dikeluarkan dari ruang inkubator.<br />
Sekitar lima bulan kemudian,<br />
bibit tanaman anggrek baru bisa<br />
dikeluarkan dari laboratorium dan<br />
dipindahkan ke green house. “Kalau