19.04.2013 Views

Indah kabar dari rupa: Studi mengenai ... - Epistema Institute

Indah kabar dari rupa: Studi mengenai ... - Epistema Institute

Indah kabar dari rupa: Studi mengenai ... - Epistema Institute

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

akibat gagalnya perundingan CoP ke 15 di Copenhagen, Indonesia mendahuluinya<br />

dengan menelurkan beberapa aturan <strong>mengenai</strong> REDD oleh Mentri Kehutanan<br />

Indonesia be<strong>rupa</strong> Peraturan Mentri Kehutanan. Permenhut itu adalah :(1)<br />

Permenhut No 68/ Menhut‐II/2008 tentang Penyelenggaraan Demonstration<br />

Activities Emisi Karbon <strong>dari</strong> Deforestasi dan Degradasi Hutan (2) Permenhut No<br />

30/Menhut‐II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi <strong>dari</strong> Deforestasi dan<br />

Degradasi (REDD) (3) Pemenhut No 36/Menhut‐II/2009 tentang Tata Cara Perizinan<br />

Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan /atau Penyimpanan Karbon pada Hutan<br />

Produksi dan Hutan Lindung. Berbasiskan ke tiga peraturan Mentri Kehutanan<br />

tersebut, terutama Permenhut no 36/2008 tentang Demonstration Activities REDD<br />

sejak 2008 sudah ada kegiatan yang menamakan diri demonstration activities REDD<br />

yang berlandaskan pada Permenhut dan tentu saja kesepakatan COP 13 di Bali.<br />

Maka beberapa daerah di Indonesia mulai melaksanakan proyek yang berkaitan<br />

dengan hal tersebut. Ulu Masen Aceh, Malinau Kalimantan Timur dan Kapuas Hulu<br />

Kalbar adalah sebagian kecil area yang dijadikan lokasi proyek uji coba. 11<br />

Kritik banyak pihak terkait kebijakan pemeritah <strong>mengenai</strong> REDD adalah minimalnya<br />

penghormatan dan pengakuan serta pelibatan masyarakat adat dalam berbagai<br />

proyek atas nama REDD. Pelibatan yang telah diatur dalam Permenhut seperti dalam<br />

benefit sharing dan dan pencantuman masyarakat adat sebagai pihak sebagai<br />

pengusul proyek sangat lemah, karena secara entitas hukum kita hampir tidak<br />

menemukan adanya komunitas yang diakui secara legal formal di Indonesia. Oleh<br />

sebab itu, pencantuman klausul masyarakat adat (hutan adat) terutama pada pasal 4<br />

(poin 1 dan 2) Permenhut No 36 /2009 yang menyatakan bahwa pengelola hutan<br />

adat adalah entitas nasional yang berhak dan setara dengan entitas hukum nasional<br />

seperti pemegang ijin IUPHHK‐HA, HTI,Perkebunan dan sebagainya adalah tidak<br />

rasional karena, masyarkat adat diharuskan mengajukan permohonan ijin ke<br />

Menhut untuk mengelola kawasan hutan adat, dan memperoleh rekomendasi untuk<br />

pelaksanaan REDD <strong>dari</strong> Pemerintah daerah. Padahal jika sudah ditetapkan sebagai<br />

entitas nasional semestinya masyarakat adat langsung dapat mengajukan proyek<br />

REDD tanpa harus menunggu SK Menhut. Artinya, kebijakan pemerintah untuk<br />

11 Selengkapnya <strong>mengenai</strong> lokasi DA REDD silalahkan melihat siaran pers Dephut (sekarang Kementrian Kehutanan) tentang<br />

Launching DA‐REDD di Indonesia http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/6015<br />

9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!