Indah kabar dari rupa: Studi mengenai ... - Epistema Institute
Indah kabar dari rupa: Studi mengenai ... - Epistema Institute
Indah kabar dari rupa: Studi mengenai ... - Epistema Institute
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
INDAH KABAR DARI RUPA:<br />
STUDI MENGENAI PEMENUHAN HAK‐HAK MASYARAKAT ADAT DALAM KERANGKA<br />
HUKUM DAN KELEMBAGAAN PELAKSANAAN DEMONSTRATION ACTIVITIES REDD<br />
DI KABUPATEN KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT<br />
Laurensius Gawing<br />
I. PENDAHULUAN<br />
Latar Belakang<br />
Reducing Emission from Deforestation and Degradation (REDD) 1 harus diakui telah<br />
menjadi topik bahasan paling hangat diperbincangkan di muka bumi ini. Diskursus<br />
yang berkembang <strong>mengenai</strong> REDD, kini tak lagi secara elit menjadi santapan kaum<br />
cendikia dan penyelenggara negara, isu tersebut hangat dibahas <strong>dari</strong> mulai <strong>dari</strong><br />
pelosok desa hingga kota, <strong>dari</strong> lapak kaki lima hingga hotel berbintang lima. Kisi‐kisi<br />
dan materi bahasannya pun beragam <strong>dari</strong> sekedar menyoal istilah sampai ke hal<br />
teknis dan tentu saja tarik‐ulur skema ideal pemberlakuannya pada 2012 yang akan<br />
datang. Hal tersebut terasa berbeda jika kita berada pada masa‐masa era sebelum<br />
1990‐an, ketika itu literatur dan perbincangan tentang pemanasan global sangat<br />
langka dan isu perubahan iklim belum menyedot perhatian dunia secara kuat.<br />
Namun, jika bicara <strong>mengenai</strong> REDD dan berbagai program ikutannya, semestinya<br />
semua pihak kembali melayangkan ingatan ke sejarah lahirnya perdebatan<br />
<strong>mengenai</strong> REDD terutama berkaitan dengan isu Pemanasan Global dan Dampak<br />
Perubahan Iklim. Jauh lebih dalam, ingatan itu pun harus dilekatkan pada siapa dan<br />
apa saja sumbu‐sumbu yang memantik (sumber masalah) mengapa planet bumi<br />
semakin tak nyaman dihuni. Pemanasan global yang menjadi hal‐ikhwal perubahan<br />
iklim dan beragam bencana lainnya, ditengarai menjadi faktor dominan mengapa<br />
bumi semakin panas. Namun jika menelisik lebih dalam, mengapa pemanasan global<br />
terjadi, ternyata faktor manusia yang menjadi akar segala masalah.<br />
Bergesernya pola konsumsi dan produksi umat manusia, menjadi kata kunci semakin<br />
panasnya bumi. Pola konsumsi masyarakat dunia yang dulunya sederhana, kini<br />
berubah mengagungkan pola makanan instant (fast food) yang beragam. Hal<br />
tersebut memaksa produsen harus membabat hutan guna menami Kelapa Sawit di<br />
1 Sebuah mekanisme internasional pengurangan emisi gas rumah kaca melalui mitigasi dan adaptasi,disiapkan untuk<br />
menggantikan Protocol Kyoto (1997) yang akan berakhir pada 2012. Untuk informasi lebih lengkap kunjungi<br />
http://www.unredd.com diakses di Pontianak April 2010