Indah kabar dari rupa: Studi mengenai ... - Epistema Institute
Indah kabar dari rupa: Studi mengenai ... - Epistema Institute
Indah kabar dari rupa: Studi mengenai ... - Epistema Institute
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Lindung. Ke tiga aturan yang diterbitkan oleh Mentri Kehutanan tersebut memberi<br />
rambu‐rambu pelaksanaan pengurangan emisi <strong>dari</strong> deforestasi dan degradasi hutan<br />
di Indonesia.<br />
Peraturan yang dikeluarkan oleh Menhut kala itu (MS Kaban), bukannya tanpa<br />
kritikan. Ada sejumlah catatan penting yang muncul dan berkisar pada kejelasan<br />
aturan serta tidak terakomodasinya kepentingan elemen lain dalam proyek<br />
pengurangan emisi <strong>dari</strong> deforestasi dan degradasi hutan seperti contoh kepentingan<br />
masyarakat adat yang berada di dalam dan di sekitar hutan. Permenhut Nomor<br />
68/Menhut‐II/2008 tentang Penyelenggaraan demon‐stration activities misalnya,<br />
mendapatkan kritik karena secara konseptual aturan ini bukan merujuk pada<br />
32<br />
33<br />
pendekatan yang conditionalityF<br />
F melainkan readinessF<br />
F. Conditionality dalam hal ini<br />
dipandang perlu diperhatikan karena, berbagai aspek yang ditimbulkan dalam<br />
kegiatan proyek sangat mempengaruhi keberlanjutan aktifitas ujicoba. Artinya,<br />
factor‐fakor selain tujuan murni proyek perlu komprehensif diperhatikan. Konteks<br />
yang berhubungan erat dengan conditionality adalah aspek hak dan eksistensi<br />
masyarakat adat, dalam mekanisme perubahan iklim, semestinya<br />
mempertimbangkan keberadaan mereka yang secara turun temurun hidup dan<br />
berinterkasi dengan hutan. Dalam kaitannya dengan Permenhut 68/2008 tersebut,<br />
aturan ini langsung menukik pada substansi seperti menguji metodologi, teknologi<br />
dan institusi pengelolaan hutan berkaitan dengan REDD. Artinya, Permenhut ini<br />
murni berbicara <strong>mengenai</strong> Demonstration activities saja, dan sama sekali tidak<br />
menyinggung kebijakan kehutanan yang kompleks dan tentu saja keterlibatan<br />
masyarakat adat secara penuh yang pada gilirannya jika tidak diperhatikan akan<br />
mempengaruhi situasi kawasan hutan di Indonesia.<br />
Selain itu, sebagai konsekwensi <strong>dari</strong> hanya menyoal readiness, maka aspek<br />
penghormatan terhadap lingkungan lain menjadi minus, terutama kepada<br />
masyarakat adat. akibatnya prinsip Free and Prior Informed Consent (FPIC) menjadi<br />
tak terintegrasi dalam kebijakan ini yang berakibat hak‐hak masyarakat atas<br />
32<br />
Adalah sebuah konsep hukum di perjanjian kerjasama multi‐lateral di mana kerja sama tertentu didorong dalam satu wilayah<br />
untuk menciptakan kondisi‐kondisi tertentu bagi kerjasama yang lainnya (Steni : 2009).<br />
33<br />
Sebuah konsep yang biasanya dipakai dalam pelayanan public,dengan asumsi bahwa konsep ini menunjukan adanya<br />
sejumlah tahapan untuk menuju satu tujuan. Dengan kata lain, readiness tidak menguji prasyarat namun menggunakan<br />
prasyarat‐prasyarat tersebut guna mencapai tujuan.<br />
41