Majalah Santunan edisi Oktober 2010 - Kementerian Agama Prov ...
Majalah Santunan edisi Oktober 2010 - Kementerian Agama Prov ...
Majalah Santunan edisi Oktober 2010 - Kementerian Agama Prov ...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
ini?”, sahabat menjawab; “Hari Nahar”,<br />
lalu Rasulullah meralat; “ini adalah hari<br />
haji akbar”. Kedua, hadis yang di-takhrij<br />
al-Bukhari dari Abu Hurairah, bahwa<br />
dirinya mendampingi Ali membuat pengumuman<br />
bara’ah pada hari Nahar.<br />
Menurut al-Qurthubi, pendapat ini juga<br />
dipegang oleh Imam Malik.<br />
Kedua hadis yang menjadi dasar<br />
pendapat kedua ini bernilai sahih. Hadis<br />
Abu Daud di atas telah diteliti oleh al-<br />
Albani, dan dinyatakan sahih. Adapun<br />
hadis kedua sudah tidak diragukan<br />
lagi karena ketatnya syarat sahih al-<br />
Bukhari. Bisa saja kedua hadis ini<br />
dianggap saling melengkapi, sehingga<br />
kuatlah pendapat; hari haji akbar<br />
adalah hari Nahar. Tapi sebenarnya<br />
kedua hadis ini berbicara tentang dua<br />
peristiwa berbeda. Hadis pertama<br />
tentang hari haji akbar di masa haji<br />
wada’ (tahun 10 H), sementara hadis<br />
kedua tentang hari haji akbar pada<br />
haji Abu Bakar (tahun 9 H).<br />
Sampai di sini, inti masalah belum<br />
terjawab. Apakah hari haji akbar yang<br />
disebut Rasulullah waktu haji wada’<br />
itu semakna dengan hari haji akbar<br />
yang di sebut dalam ayat?<br />
Haji akbar dalam terminologi Alquran<br />
Jika hari Nahar tahun 10 Hijrah<br />
sangat jelas disebut Rasul sebagai<br />
hari haji akbar, maka itu sangat<br />
berbeda dengan hari Nahar tahun 9<br />
Hijrah. Perhatikan teks hadis sahih al-<br />
Bukhari berikut:<br />
Dari Abdullah ibn Yusuf, dari al-Layts,<br />
dari ‘Uqayl; Ibn Syihab berkata;<br />
“Humayd ibn Abdurrahman mengabari<br />
saya, bahwa Abu Hurairah berkata:<br />
‘Pada musim haji itu Abu Bakar ra.<br />
mengutus saya bersama utusan lain<br />
untuk membuat pengumuman di<br />
Mina, bahwa orang-orang musyrikin<br />
dilarang berhaji lagi setelah tahun<br />
ini, dan dilarang bertawaf secara<br />
telanjang”. Humayd berkata: “Kemudian<br />
Rasulullah membuat penambahan<br />
dengan mengutus Ali ibn<br />
Abu Thalib, maka ia membuat pengumuman<br />
bara’ah”. Abu Hurairah<br />
berkata: ”Maka Ali menyampaikan<br />
pengumuman bara’ah bersama kami di<br />
hadapan jamaah yang hadir di Mina,<br />
sekaligus pengumuman dilarangnya<br />
musyrikin berhaji tahun depan, dan<br />
tidak boleh bertawaf telanjang”.<br />
Peristiwa yang diuraikan Abu<br />
Hurairah di atas merupakan pelaksanaan<br />
atas pengumuman bara’ah dalam<br />
ayat 3 surat al-Taubah, dan Alquran<br />
menyebut waktu pelaksanaannya pada<br />
hari haji akbar. Masalahnya, apakah<br />
Alquran memaksudkan hari haji akbar<br />
itu sebagai hari Nahar?<br />
Penjelasan untuk itu tidak ditemukan<br />
dalam hadis sahih bukhari di atas,<br />
walaupun hadis itu jelas-jelas sedang<br />
mengurai peristiwa pengumuman<br />
bara’ah (haji tahun 9 Hijrah). Redaksi<br />
ucapan Abu Hurairah di atas hanya<br />
memberitahu bahwa pengumuman<br />
bara’ah dilaksanakan pada hari<br />
Nahar, dan bertempat di Mina. Jadi<br />
tidak secara tegas menjelaskan hari<br />
Nahar sebagai hari haji akbar. Bisa<br />
saja yang dimaksud dengan hari haji<br />
akbar merupakan keseluruhan harihari<br />
haji tahun 9 Hijrah, sehingga Abu<br />
Bakar bebas memilih salah satu hari<br />
dalam musim haji itu sebagai waktu<br />
membuat pengumuman. Lalu Humayd<br />
ibn Abdurrahman menyimpulkan<br />
sendiri bahwa yang dimaksud hari<br />
haji akbar itu adalah hari Nahar.<br />
Pendapat Humayd ini bisa saja<br />
ditinggalkan, dan bisa pula diterima.<br />
Namun tentu harus dipikirkan konsekuensinya<br />
sebelum memutuskan<br />
penerimaan atau penolakan ini.<br />
Jika ditolak, maka hari haji akbar<br />
dalam hadis haji wada’ menjadi berbeda<br />
dari hari haji akbar dalam ayat. Artinya,<br />
penjelasan hadis bisa dipahami secara<br />
mandiri tanpa harus terkait dengan<br />
konteks ayat. Sebab dalam hadis Abu<br />
Daud, jelas ditentukan hari Nahar<br />
sebagai hari haji akbar, sementara<br />
dalam ayat tidak ditentukan harinya.<br />
Lalu, apakah dengan memahami hadis<br />
secara mandiri ini mengantarkan pada<br />
petunjuk afdhaliyah haji akbar yang<br />
34 <strong>Santunan</strong> OKTOBER <strong>2010</strong><br />
jatuh pada hari Jumat?<br />
Apa yang dipahami masyarakat<br />
umum tidak terjawab lewat hadis<br />
ini. Sebab hari Nahar yang disebut<br />
dalam hadis sahih Abu Daud itu jatuh<br />
pada hari Sabtu, 10 Zulhijjah tahun<br />
10 Hijrah/7 Maret 632 M. Sedangkan<br />
hari Jumat, 9 Zulhijjah tahun 10 Hijrah<br />
yang merupakan hari Arafah, tidak<br />
bisa dinyatakan sebagai hari haji<br />
akbar, sebab hadis yang mendasarinya<br />
bernilai dha’if. Sebagaimana disebutkan<br />
di atas, dalam sanadnya terdapat<br />
Sufyan ibn Waki‘ yang dicatat Ibn Hajar<br />
dalam kitab Tahzib al-Kamal sebagai<br />
orang yang diduga dusta.<br />
Sebaliknya, jika didasarkan kepada<br />
analisa Humayd ibn Abdurrahman<br />
berdasar informasi Abu Hurairah,<br />
maka hari Nahar tahun 9 Hijrah<br />
jatuh pada hari Selasa, 19 Maret 631<br />
M. Jadi hari Arafah dan hari Nahar<br />
tahun 9 Hijrah tidak jatuh pada hari<br />
Jumat, maka hadis dan ayat tidak<br />
menginformasikan haji akbar dalam<br />
konteks jatuh pada hari Jumat. Hal ini<br />
menjadi semakin kabur karena tidak<br />
sahihnya hadis yang dikutip sebagian<br />
ulama. Misalnya hadis yang dikutip<br />
dalam kitab I‘anat al-Thalibin tentang<br />
afdhal-nya haji yang hari Arafahnya<br />
jatuh pada hari Jumat.<br />
Sampai di sini, pendekatan secara<br />
parsial terhadap ayat atau hadis,<br />
ternyata tidak memberi pemahaman<br />
yang komprehensif. Lalu mungkinkah<br />
ayat dan hadis ini dipahami secara<br />
terintegrasi?<br />
Kiranya kesepakatan para usuliyun,<br />
tentang berposisinya hadis sebagai<br />
penjelas ayat, patut dijadikan pendekatan<br />
dalam memahami hari haji akbar<br />
ini. Maka berdasar asbabun nuzul, ayat<br />
3 surat al-Taubah berbicara tentang<br />
pengumuman bara’ah. Adapun hari<br />
haji akbar, disebutkan sebagai informasi<br />
tambahan yang tidak perlu diperdetil,<br />
sebab ia bukan pokok pembicaraan. Jika<br />
kemudian Rasul memberikan informasi<br />
yang lebih kurang sama dengan terminologi<br />
ayat, maka dapat diyakini<br />
sebagai tambahan penjelasan, kecuali<br />
ada petunjuk sebaliknya. Dengan<br />
demikian, interpretasi Humayd ibn<br />
Abdurrahman dapat diterima, sebab<br />
ia mempertautkan hadis dengan ayat.<br />
Wallahu a‘lam. n<br />
Penulis adalah kandidat Doktor IAIN<br />
Ar-Raniry Banda Aceh.