08.08.2013 Views

Majalah Santunan edisi Oktober 2010 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi Oktober 2010 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi Oktober 2010 - Kementerian Agama Prov ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Menegakkan Keadilan<br />

Oleh Muliadi Imami, M.Si.<br />

dekat kepada takwa. Bertakwalah<br />

kepada Allah, Sesungguhnya Allah<br />

Mahamengetahui apa yang kamu<br />

kerjakan”.<br />

Ayat di atas memberi tolok ukur<br />

yang sangat arif tentang keadilan.<br />

Dalam ayat ini Allah menyatakan<br />

bahwa perilaku adil sangat dekat<br />

dengan ketakwaan. Artinya, orang<br />

yang berlaku adil adalah orang<br />

yang takut kepada Allah sehingga ia<br />

senantiasa melaksanakan apa yang<br />

diperintahkan Allah dan meninggalkan<br />

apa yang dilarang-Nya. Sebaliknya,<br />

orang yang zalim adalah orang yang<br />

tidak bertakwa, tidak menunjukkan<br />

rasa takutnya kepada Allah, bahkan<br />

menentang Allah. Mereka inilah<br />

yang sesuai dengan uraian di atas<br />

yaitu orang yang tidak disukai Allah,<br />

tidak diberikan hidayah dan akan<br />

mendapat kutukan dan azab dari<br />

Allah Swt.<br />

Realita saat ini menggambarkan<br />

bagaimana ketidakadilan sering<br />

muncul karena persaingan politik.<br />

Satu golongan terkadang rela<br />

menzalimi golongan lain karena<br />

kepentingan politik. Ketika pesta<br />

demokrasi telah usai, yang menang<br />

pun kadang enggan untuk<br />

memberikan keadilan kepada lawan<br />

politik yang sudah dikalahkannya.<br />

Sebaliknya, kelompok yang merasa<br />

tidak senang kepada kelompok<br />

pemenang juga enggan berlaku<br />

adil dengan menolak ikut serta<br />

dalam pembangunan, tidak patuh<br />

dan selalu mencari-cari kesalahan,<br />

dan mengambil posisi berlawanan.<br />

Alquran mengingatkan umat Islam,<br />

jangan sampai perbedaan kendaraan<br />

politik, bendera partai, warna baju dan<br />

nomor golongan membuat mereka<br />

lupa untuk berlaku adil.<br />

Nabi Muhammad dalam karir<br />

politik beliau senantiasa menunjukkan<br />

perilaku adil. Orang Yahudi dan Nasrani<br />

yang tunduk di bawah kekuasaan<br />

Beliau selalu dapat menjalankan<br />

aktifitas bermasyarakat secara merdeka<br />

dan mendapatkan hak-hak me-<br />

reka sewajarnya. Bahkan sejarah telah<br />

membuktikan, sebelum beliau diangkat<br />

menjadi rasul, beliau pernah<br />

menyelesaikan sengketa kaum Quraisy<br />

dengan adil.<br />

Kisah ini terjadi ketika Ka’bah<br />

dipugar dan terjadi sengketa siapa<br />

yang lebih patut meletakkan hajar<br />

aswad kembali ke tempatnya. Hal ini<br />

sesuai dengan firman Allah dalam<br />

Alquran, surat al-Nisa’ ayat 58 yang<br />

artinya, “Sesungguhnya Allah menyuruh<br />

kamu menyampaikan amanat<br />

kepada yang berhak menerimanya,<br />

dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan<br />

hukum di antara manusia<br />

supaya kamu menetapkan dengan<br />

adil. Sesungguhnya Allah memberi<br />

pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.<br />

Sesungguhnya Allah ada-<br />

lah Maha mendengar lagi Maha<br />

Melihat.”<br />

Secara teori berlaku adil sangat<br />

mudah, namun perakteknya sangatlah<br />

sulit. Karena manusia dianugerahkan<br />

Allah nafsu untuk meraih kesenangan<br />

dunia yang melalaikannya dari<br />

ketaatan kepada Allah. “Sesungguhnya<br />

nafsu senantiasa membuat manusia<br />

cenderung untuk melakukan keburukan,”<br />

(Q.S. Yusuf: 53). Kecintaan<br />

manusia terhadap dunia seperti harta<br />

dan kekuasaan harus dikendalikan<br />

sehingga dapat mewujudkan keadilan<br />

pada semua orang.<br />

Rasulullah saw. bersabda; “Semua<br />

<strong>Santunan</strong> OKTOBER <strong>2010</strong><br />

kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu<br />

harus mempertanggungjawabkan<br />

apa yang kamu pimpin.” Ini mengisyaratkan<br />

bahwa kepemimpinan<br />

setiap manusia akan dipertanyakan,<br />

apakah ia tergolong orang yang adil,<br />

atau termasuk orang yang zalim.<br />

Allah Swt. bukan saja memerintahkan<br />

manusia untuk berlaku adil,<br />

namun memberikan contoh dengan<br />

menciptakan dunia dan sesisinya<br />

pe-nuh dengan keseimbangan dan<br />

keadilan. Bahkan bukti keadilan<br />

Allah dapat ditemukan dalam tubuh<br />

manusia. Betapa bagusnya manusia<br />

dicipta dengan penuh keseimbangan.<br />

Tubuh sebelah kanan seimbang<br />

dengan tubuh di bagian kiri yang<br />

membuat manusia berdiri dan berjalan<br />

seimbang sehingga kelihatan gagah<br />

dan menawan. Belum lagi bila<br />

kita telaah ciptaan Allah yang lain<br />

yang penuh dengan keseimbangan<br />

sehingga kehidupan berjalan<br />

harmonis dan penuh dengan<br />

kesetabilan.<br />

Implikasi dari perilaku adil adalah<br />

akan munculnya kesejahteraan.<br />

Adilnya para pemimpin akan melahirkan<br />

kehidupan yang sejahtera<br />

di tengah masyarakat. Kerukunan,<br />

dan keharmonisan akan muncul<br />

sehingga negeri impian, baldatun<br />

thaibatun wa rabbun ghafur akan<br />

dapat diwujudkan.<br />

Berlaku adil merupakan kewajiban<br />

setiap insan. Belaku adil tidak<br />

hanya wajib ditegakkan oleh seorang<br />

pemimpin dalam memimpin roda<br />

perintahan, namun berlaku adil<br />

adalah kewajiban setiap muslim dalam<br />

keadaan dan kondisi bagaimana pun.<br />

Adil tidak hanya diperuntukkan bagi<br />

kaum kerabat sendiri, tetapi ia harus<br />

ditegakkan walau terhadap musuh<br />

sekalipun. Demikian juga adil tidak<br />

hanya diperuntukkan bagi orang lain<br />

tetapi setiap orang harus berlaku adil<br />

terhadap dirinya sendiri. Wallahu<br />

a‘lam bishshawab.n<br />

PenulisadalahPenyuluh<strong>Agama</strong>Islam<br />

Kakemenag Kab. Aceh Tenggara<br />

37

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!