08.08.2013 Views

Majalah Santunan edisi Oktober 2010 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi Oktober 2010 - Kementerian Agama Prov ...

Majalah Santunan edisi Oktober 2010 - Kementerian Agama Prov ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

mengomentarinya. Karena hingga<br />

kini, aku belum berteman dengan<br />

akun almamaterku.<br />

“Tidak. Aku tidak mau sifat<br />

bejatku diketahui oleh orangorang<br />

yang berwibawa dan kusaluti<br />

kepribadiannya. Aku tidak ingin guruguruku<br />

membaca status-status jahilku.<br />

Aku malu kalau mereka sampai tahu<br />

aku suka sesuatu yang sifatnya porno.”<br />

Pikiranku terus berputar seakan tak<br />

berhenti bak kipas angin di kantor<br />

dewan.<br />

Komentar demi komentar semakin<br />

bertambah terus jumlahnya mengikuti<br />

status akun facebook almamaterku.<br />

Aku seakan larut membaca semua<br />

komentar tersebut. Bercampur: ada<br />

yang serius, lucu, sinis dan kritis.<br />

Membaca komentar-komentar<br />

di facebook rasanya ada sebuah<br />

keasyikan tersendiri, begitu juga ketika<br />

komentar kita dibaca oleh orang lain.<br />

Karena semua komentar itu bisa dibaca<br />

oleh semua pengguna facebook, tidak<br />

seperti obrolan dan pesan.<br />

Meski sangat ingin komentari<br />

status di akun facebook almamaterku<br />

biar bisa dibaca oleh orang lain, tapi<br />

aku belum mengomentarinya. Aku<br />

tidak bisa menuliskan komentar di<br />

bawah status itu. Kami belum saling<br />

berteman di jejaring sosial itu.<br />

Kuurungkan saja niatku itu. Biarlah<br />

tidak dibaca oleh orang banyak,<br />

asalkan pengurus almamaterku itu<br />

tidak mengetahui sifatku yang bejat<br />

dan jahil ini. Aku alumninya yang suka<br />

hidup glamor dan keluyuran malam<br />

dengan cewek-cewek cantik di kota<br />

perantauan.<br />

Meski tidak bisa menuliskan<br />

sesuatu di dinding akun facebook<br />

almamater, tapi aku masih memiliki<br />

sebuah pilihan lain sebagai alternatif.<br />

Aku masih bisa mengucapkan selamat<br />

lewat tulis pesan di profilnya.<br />

Pikiran seakan terus berputar<br />

semakin cepat. Billing warnet pun<br />

sudah menunjukkan angka 58<br />

menit. Hanya tinggal dua menit lagi,<br />

komputer tempat aku berselancar<br />

akan off. Aku hanya carter 1 jam pada<br />

operator warnet (warung internet)<br />

ketika masuk tadi.<br />

Lewat pesan di profil facebook<br />

almamaterku kutuliskan sebait pesan:<br />

“di hari wisuda tahun ini aku sebagai<br />

alumnimu ingin mengucapkan<br />

selamat dan semoga sukses selalu<br />

di masa mendatang. Terima kasih<br />

banyak atas jasamu. Tapi aku<br />

berharap kepada para pengelola<br />

almamater untuk menjaga almamater<br />

dengan baik. Karena selama ini aku<br />

sering mendengar kabar yang tidak<br />

baik tentang para pemegang pucuk<br />

pimpinan almamater ini. Jalanilah<br />

tugas sesuai dengan amanah, harus<br />

bersatu jangan saling berkelompok,<br />

jangan saling menyalahkan dan<br />

menjatuhkan satu sama lain….<br />

Twiiittt. Komputer off ketika aku<br />

sedang mengetik pesan yang ingin<br />

kupersembahkan untuk almamaterku.<br />

Satu jam sudah lamanya aku<br />

berselancar di dunia maya. Tapi aku<br />

belum sempat mengirimkan pesan<br />

itu. Sementara uang di dompetku<br />

hanya sepuluh ribu setelah sengaja<br />

tidak sarapan pagi tadinya.<br />

Padahal aku sudah<br />

mempertimbangkan sebelumnya, aku<br />

hanya bisa internetan satu jam. Dan<br />

selebihnya, uang sisa sebesar tujuh<br />

ribu lagi hanya pas untuk membeli<br />

makan siang di warung.<br />

“Aku harus makan. Aku lapar. Kan<br />

tadi pagi aku tidak sarapan,” batinku.<br />

Aku di antara dua pilihan, melanjutkan<br />

atau pulang. Aku bimbang.<br />

“Biarlah aku tidak makan nasi. Yang<br />

terpenting aku harus mengirimkan<br />

pesan ini tepatnya di hari wisuda.”<br />

Tekadku sudah bulat untuk menambah<br />

durasi berselancar di dunia maya.<br />

Lalu kulapor kepada operator untuk<br />

menghidupkan billing komputer<br />

kamar nomor 7 yang sedang kupakai.<br />

Kubuka kembali facebook-ku.<br />

Kulanjutkan mengetik pesan di profil<br />

akun facebook almamaterku.<br />

… Juga tingkatkan mutu pendidikan.<br />

Jangan bangga karena sering masuk<br />

koran tapi kondisi aslinya tidak<br />

seperti diberitakan. Kembalikan roh<br />

almamater sebagai sebuah dayah<br />

yang mahir akan kitab-kitab kuning,<br />

fasih berbahasa Arab dan Inggris,<br />

juga handal di bidang seni khususnya<br />

kaligrafi, di samping ilmu-ilmu yang<br />

dipelajari di sekolah umum. Semoga<br />

almamater kita akan terus berjaya<br />

di bawah pemerintahan kabupaten<br />

56 <strong>Santunan</strong> OKTOBER <strong>2010</strong><br />

baru. Terima Kasih.”<br />

Sukses. pesan untuk almamaterku<br />

itu telah berhasil terkirim.<br />

Darussalam, Mei-Agustus <strong>2010</strong><br />

Penulis adalah Mahasiswa IAIN<br />

Ar-Raniry, Alumni Dayah Terpadu di<br />

Pidie Jaya<br />

Cinta Di Jalan<br />

Rabbi<br />

wahai maha cinta...<br />

cinta ini seakan bertasbih dari<br />

ujung kaki sampai ke ubun<br />

cinta hanya pada dia, benarkah<br />

cinta ini datang dari Mu ya<br />

Rabbi..?<br />

cinta yang begitu dalam,<br />

kiriman Engkaukah itu wahai<br />

pemilik cinta..?<br />

mengusik tidurku, membuat aku<br />

menjerit, tapi aku tidak sempurna<br />

untuk memiliki cinta yang<br />

sempurna<br />

butiran air mengalir di pipi<br />

jatuh membasahi tanah pijakan<br />

mengukir sejuta makna, yang<br />

datang dari sebuah karunia Mu<br />

genggamlah jemari ku jangan<br />

biarkan lepas dari ridha Mu<br />

karna Mu hidupku...<br />

karna Mu cintaku...<br />

lindungi dia dicelah jalan Mu...<br />

bahagiakan dia dengan cintaMu...<br />

wahai maha cinta...<br />

begitu terasa dan terus menjerit<br />

cintaku padanya, beriku jawaban<br />

atas cinta ini dengan jalan Mu.<br />

Karya: Mutia, mahasiswi FKIP<br />

Bahasa Indonesia Jabal Ghafur<br />

Sigli

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!