Majalah Santunan edisi Oktober 2010 - Kementerian Agama Prov ...
Majalah Santunan edisi Oktober 2010 - Kementerian Agama Prov ...
Majalah Santunan edisi Oktober 2010 - Kementerian Agama Prov ...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Konsultasi Hukum Islam<br />
Diasuh oleh Drs. H. Ridwan Qari, M.Ag.<br />
Assalamu‘alaikum Wr. Wb.<br />
Bapak pengasuh yth. Melihat<br />
banyak sekali masyarakat di lingkungan<br />
tempat tinggal saya yang<br />
menitipkan pelaksanaan haji orang<br />
tua mereka kepada jamaah calon<br />
haji atau orang tertentu yang<br />
secara khusus, sepertinya,<br />
mengurusi masalah ini<br />
setiap tahunnya terbetik<br />
dalam hati saya keinginan<br />
untuk mengikuti apa yang<br />
dilakukan oleh mereka<br />
karena secara materi<br />
kemungkinan besar,<br />
Insya Allah, saya sanggup<br />
memenuhinya. Untuk itu<br />
saya mohon penjelasan<br />
bapak pengasuh tentang<br />
hal-hal berikut ini:<br />
1. Apakah harus<br />
dihajikanorangtuakitayang<br />
sudah meninggal dunia jika<br />
kita mampu sebagai wujud<br />
birrulwalidain?<br />
2. Bagaimana sebenarnya<br />
hukum mengenai haji (badal) ini?<br />
Sebelumnya saya ucapkan terima<br />
kasih atas jawaban bapak pengasuh.<br />
Wa‘alaikumussalam Wr. Wb.<br />
Terima kasih kembali atas<br />
pertanyaan Saudara dan akan kami<br />
jawab sekaligus saja berikut ini.<br />
Pertama, pada dasarnya semua<br />
ibadah, khususnya ibadah fisik, harus<br />
dilakukan oleh diri pribadi muslim<br />
masing-masing. Tidak dilakukan oleh<br />
orang lain.<br />
Kedua, kalau tidak dapat dilakukan<br />
oleh diri pribadi muslim karena uzur<br />
syar’i atau karena sudah meninggal<br />
dunia maka yang paling afdhal<br />
untuk menunaikannya adalah anakanaknya.<br />
Mengapa? Anak adalah<br />
eksistensi orang tuanya. Anak adalah<br />
penyambung usia (hidup) orang<br />
tuanya. Anak adalah perlambang<br />
”masih ada” orang tuanya, dan anak<br />
Badal Haji<br />
pulalah yang telah menikmati suka<br />
dan duka hidup bersama orang<br />
tuanya, merasakan cinta, dan sayang<br />
orang tuanya sejak dari kandungan<br />
sampai dewasa.<br />
Karenanya pula, yang paling dapat<br />
menyampaikan rasa cinta yang tulus<br />
dan sanjungan yang ikhlas untuk para<br />
orang tua tentulah anak-anaknya.<br />
Pastilah berbeda antara apa yang kita<br />
lakukan untuk orang tua kita sendiri<br />
dengan apa yang dilakukan orang lain<br />
untuk orang tua kita. Begitu pulalah<br />
sebaliknya.<br />
Inilah kiranya yang dimaksudkan<br />
oleh Nabi saw. ”Sungguh, anakanakmu<br />
bagian dari usahamu.” Anak<br />
seseorang adalah bagian dari dirinya,<br />
bagian dari amalnya dan merupakan<br />
modal setelah kematiannya. Rasulullah<br />
saw. bersabda ”Apabila seseorang<br />
mati, putuslah penghasilannya<br />
kecuali (melalui) tiga<br />
(sumber): sedekah jariyah, ilmu yang<br />
dimanfaatkan (orang lain), anak-salih<br />
yang mendoakannya.”<br />
Ketiga, dan ini grade yang paling<br />
rendah, adalah mewakilkan kepada<br />
orang lain untuk melakukannya<br />
apabila anak-anaknya tidak dapat<br />
melaksanakan badal haji untuk orang<br />
<strong>Santunan</strong> OKTOBER <strong>2010</strong><br />
tua mereka. Disebut grade yang paling<br />
rendah karena: 1). Kemungkinan tidak<br />
setara dengan apa yang seandainya<br />
dilakukan oleh anak-anak seseorang<br />
yang akan dibadalkan hajinya, 2). Kebanyakan<br />
tidak mewakilkan langsung<br />
kepada orang yang akan melaksanakan<br />
badal haji tersebut, dan 3). Kebanyakan<br />
tidak berangkat melalui<br />
rute perjalanan jamaah<br />
calon haji Indonesia.<br />
Oleh karena itu sedapat<br />
mungkin badal haji untuk<br />
orang tua Saudara dilakukan<br />
sendiri supaya lebih khidmat<br />
dalam rangka berkhidmat<br />
untuk orang tua sendiri pula.<br />
Buatlah rencana dengan sebaik-baiknya,<br />
jangan tergesagesa.<br />
Apalagi, menurut hemat<br />
kami, ini bukan haji yang<br />
bersifat wajib untuk orang tua<br />
saudara; hanya setara hadiah<br />
pahala saja (masih banyak<br />
cara lain untuk hal seperti ini<br />
sebagaimana bimbingan Nabi saw.<br />
sebelumnya). Kalaupun saudara melaksanakan<br />
badal ini, tentu setelah<br />
saudara menunaikan haji untuk diri<br />
sendiri terlebih dahulu sebagaimana<br />
telah dimaklumi berdasarkan sabda<br />
Rasulullah saw.<br />
Lebih-lebih lagi menunaikan badalhaji<br />
ini afdhal dilakukan dari daerah<br />
(negara/embarkasi) orang yang akan<br />
dihajikan tersebut. Misalnya, seseorang<br />
dari Kabupaten Aceh Singkil,<br />
maka dari embarkasi Banda Aceh atau<br />
embarkasi lain di Indonesia. Bukan<br />
berangkat dari negara lain, kecuali<br />
karena alasan darurat yaitu haji yang<br />
akan dibadalkan itu adalah haji wajib<br />
(nazar) dan tidak cukup harta orang<br />
yang bernazar itu untuk membiayai<br />
perjalanan ibadah haji kalau dilakukan<br />
dari negara/embarkasinya sendiri.<br />
Untuk hal seperti ini dapat dilakukan<br />
dari embarkasi/negara mana saja yang<br />
memungkinkan. Wallahu A‘lam. n<br />
45