11.09.2013 Views

Digha Nikaya - Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara

Digha Nikaya - Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara

Digha Nikaya - Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pendahuluan xxi<br />

Dalam menyingkapi masalah ini, baiknya kita mengingat kata-kata<br />

Yang Mulia Nyàõatiloka dalam Buddhist Dictionary:<br />

Kita tidak dapat terlalu sering dan terlalu menghayati untuk<br />

menekankan fakta bahwa bukan hanya untuk realisasi<br />

Nibbàna saja, tetapi juga untuk sebuah pengertian teoritis<br />

tentangnya, hal tersebut adalah sebuah keharusan dari<br />

awal untuk sepenuhnya mengerti arti Anattà sepenuhnya,<br />

tanpa ego, dan kesemuan dari segala bentuk keberadaan.<br />

Tanpa sebuah pemahaman seperti itu, kita pasti akan salah<br />

mengerti tentang Nibbàna -- sesuai dengan salah satu dari<br />

pembelajaran metafisik atau materialistik -- salah satu dari<br />

penghancuran ego, atau sebagai keberadaan abadi dimana<br />

Ego atau Diri akan ke sana atau bergabung dengannya.<br />

Maksud dari hal ini adalah bahwa untuk ‘mengerti’ Nibbàna, ia<br />

setidaknya harus telah ‘memasuki Arus’ atau mencapai Jalan<br />

Pertama, dan artinya telah menyingkirkan belenggu keyakinanpersonalitas.<br />

Meskipun para ahli tetap akan terus melihat bahwa<br />

hal tersebut bagian dari tugasnya, mereka mungkin seharusnya<br />

memiliki rasa malu yang cukup untuk menyadari bahwa hal ini<br />

merupakan sesuatu diluar kemampuan diskusi ilmiah murni. Di<br />

dalam sistematisasi Abhidhamma, Nibbàna hanya dikelompokkan<br />

menjadi ‘elemen tidak berkondisi’ (asankhata-dhàtu), tetapi tanpa<br />

ada pendefinisian di sana. Nibbàna sebenarnya adalah lenyapnya<br />

dari ‘tiga api’ keserakahan, kebencian, dan delusi, atau hancurnya<br />

dari ‘kekotoran’ (àsavà) dari nafsu-indria, perwujudan, pandangan<br />

salah, dan ketidaktahuan. Karena entitas ‘diri’ individual<br />

sebenarnya tidak nyata, tidak dapat dikatakan dihancurkan di<br />

Nibbàna, tetapi ilusi terhadap diri yang dihancurkan.<br />

Sungguh aneh, di dalam Kamus Pali-Inggris, dikatakan bahwa<br />

Nibbàna adalah ‘hanya sebuah keadaan moral ... karena itu, tidak<br />

adiduniawi.’ Sebenarnya, Nibbàna adalah satu-satunya elemen<br />

adiduniawi yang ada dalam Buddhisme, karena itulah tidak ada<br />

usaha untuk mendefinisikannya dalam terminologi tuhan personal,<br />

diri yang lebih tinggi, atau sejenisnya. Hal tersebut tidak dapat

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!