11.09.2013 Views

Digha Nikaya - Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara

Digha Nikaya - Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara

Digha Nikaya - Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pendahuluan xxv<br />

yang membingungkan karena menggunakan istilah-istilah sejati,<br />

bukan kebenaran relatif. Pemahaman penuh kebenaran sejati dapat,<br />

tentu saja, hanya didapatkan dengan pemahaman mendalam, tetapi<br />

mungkin saja untuk perlahan menyadari perbedaannya. Bahkan,<br />

sepertinya ada kesejajaran yang dekat di zaman modern dalam<br />

perbedaan pandangan dunia yang polos dan pandangan para ahli<br />

fisika, kedua pandangan tersebut menggunakan konsep dan cara<br />

pandang masing-masing. Dengan demikian, secara konvensional,<br />

atau sesuai dengan sudut pandang dunia yang polos, ada bendabenda<br />

padat seperti meja dan kursi, dimana menurut ilmu fisika,<br />

pernyataan kepadatan tersebut merupakan hanya sebuah ilusi, dan<br />

apa saja bisa menjadi sifat sejati dari materi, tentu saja sesuatu yang<br />

sangat berbeda dengan apa yang diterima oleh indria-indria kita.<br />

Meskipun demikian, ketika para fisikawan sedang tidak ‘bekerja’,<br />

mereka juga menggunakan meja dan kursi padat seperti yang<br />

lainnya.<br />

Dengan cara yang sama, semua pernyataan seperti ‘Aku’, ‘diri’,<br />

dan seterusnya selalu sesuai dengan kebenaran konvensional, dan<br />

Sang Buddha tidak pernah ragu untuk menggunakan kata attà ‘diri’<br />

(dan juga dengan makna jamak: ‘kalian’, dst.) V dalam pengertian<br />

konvensional dan untuk kemudahan. Bahkan, terlepas dari semua<br />

yang bertentangan, tidak ada bukti sedikit pun bahwa Beliau pernah<br />

menggunakannya dalam pengertian lain kecuali ketika mengutip<br />

pandangan-pandangan lain secara kritis, dan seperti yang muncul<br />

dengan jelas dari beberapa Sutta yang diterjemahkan di sini.<br />

Faktanya, hal tersebut harus ditekankan bahwa kebenaran<br />

konvensional terkadang sangat penting. Keseluruhan doktrin<br />

karma dan kelahiran ulang hanya berlaku pada lingkup kebenaran<br />

konvensional. Itulah sebabnya mengapa, dengan membebaskan diri<br />

kita dari sudut pandangan-pandangan kebenaran konvensional kita,<br />

akan terlepas dari ranah hukum karma. Penolakan dari gagasan<br />

kelahiran ulang pada Buddhisme, juga, terkadang disebabkan oleh<br />

kesalahpahaman tentang sifat dari kedua kebenaran tersebut. Selama<br />

kita masih ‘awam’ yang belum tercerahkan, pikiran kita terbiasa<br />

untuk bekerja dalam terminologi ‘aku’ dan ‘milikku’, bahkan jika

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!