11.09.2013 Views

Digha Nikaya - Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara

Digha Nikaya - Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara

Digha Nikaya - Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Yakkha<br />

Pendahuluan xliii<br />

Yakkha, yang merupakan bawahan dari Vessavaõa, Raja Besar<br />

<strong>Utara</strong>, adalah makhluk yang bertentangan antara sikap dan<br />

perasaannya, alasannya dijelaskan pada Sutta 32, bait 2. Beberapa<br />

adalah pengikut Sang Buddha, tetapi lainnya, tidak ingin untuk<br />

menjalankan aturan/sila, bersikap bermusuhan pada Dhamma,<br />

dan sebenarnya kebanyakannya seperti demikian. Diantara<br />

‘yakkha yang baik’, kita bisa menemukan (Sutta 19) Janavasabha,<br />

yang pernah menjadi Raja Bimbisara dari Magadha dan seorang<br />

Pemenang-Arus! Tradisi belakangan menekankan sisi buruk dari<br />

yakkha lebih lagi, yang kemudian dianggap dengan mudah sebagai<br />

raksasa atau iblis -- yang perempuannya lebih berbahaya dibanding<br />

yang pria.<br />

Kanon Pali<br />

Berdasarkan tradisi, teks dari Kanon Pali disusun pada sebuah<br />

Sidang yang diadakan di Ràjagaha segera setelah wafatnya Sang<br />

Guru, kemudian dihafal oleh para tetua yang merupakan praktisi<br />

Dhamma yang sudah tinggi realisasinya. Bahkan hal ini jelas sekali<br />

bahwa kumpulan yang kita miliki sekarang ini berasal dari periode<br />

yang lebih tua lagi. Kanon ini dipertahankan dalam bentuk dari<br />

mulut ke mulut sampai pada abad pertama S.M., ketika menjadi<br />

terlihat bahwa teks suci akan hilang dari muka bumi jika mereka<br />

tidak mencatatnya dalam bentuk tulisan. Mereka mencatat dengan<br />

baik dibawah perintah Raja Vaññagàmanã di Sri Lanka, meskipun<br />

beberapa bagian telah ditulis sebelumnya. Kemampuan ingatan<br />

yang digunakan untuk mempertahankan teks yang banyak dari<br />

mulut ke mulut untuk waktu yang sangat lama sepertinya terlihat<br />

luar biasa bagi kita, tetapi hal tersebut cukup umum pada zaman<br />

India kuno. Tulisan tentu dikenal di India pada zaman Sang<br />

Buddha, tetapi tidak digunakan untuk hal tersebut. Perlu diingat<br />

bahwa dalam jangka waktu empat-puluh-lima tahun, Sang Buddha<br />

berkhotbah, tidak diragukan dalam bentuk yang terstandardisasi,<br />

kepada ribuan orang, dan banyak bhikkhu dan bhikkhuni telah<br />

terlatih batin dan ingatannya, dan mengerti dengan baik arti dari<br />

apa yang mereka ulang.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!