11.09.2013 Views

Digha Nikaya - Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara

Digha Nikaya - Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara

Digha Nikaya - Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pendahuluan xxvii<br />

bentuk-bentuk supranatural juga, seperti telepati dan<br />

melihat masa depan. Ilmu pengetahuan tidak dapat<br />

mengabaikan fenomena seperti itu, dan sekarang, ilmuwan<br />

Soviet dan juga barat, yang mengakui keabsahan dari<br />

persepsi supranatural dengan bukti-bukti percobaan.<br />

Mungkin kebanyakan pembaca akan akhirnya mengakui bahwa<br />

kemungkinan Sang Buddha mengetahui beberapa hal yang baru<br />

belakangan ini ditemukan atau diterima oleh ilmu pengetahuan<br />

modern. Kita akan membiarkan hal ini seperti apa adanya.<br />

Kamma<br />

Dalam Sansekerta, kata ini adalah, karma, yang lebih dikenal<br />

oleh orang-orang barat, tetapi maknanya dalam konteks non-<br />

Buddhis tidak selalu sama dengan Buddhisme, karena itu, lebih<br />

menguntungkan untuk menggunakan kata kamma dalam bahasa<br />

Pali. Secara harfiah, arti dari kata itu adalah ‘perbuatan’, dan dalam<br />

Anguttara Nikàya 6.63, Sang Buddha mendefinisikannya sebagai<br />

kehendak (cetanà). Karena itu, kamma adalah semua perbuatan<br />

sengaja, baik atau buruk (dalam Pali, kusala ‘terampil, bermanfaat’<br />

atau akusala ‘tidak terampil, tidak bermanfaat’). Sebuah perbuatan<br />

baik biasanya akan membawa pada hal yang menyenangkan bagi<br />

si pelaku, dan sebuah perbuatan buruk pada hasil yang tidak<br />

menyenangkan. Kata Pali (dan Sansekerta) yang tepat untuk hasilhasil<br />

tersebut adalah vipàka (‘mematangkan’), meskipun karma/<br />

kamma cenderung pada praktiknya digunakan secara bebas<br />

untuk hasilnya maupun perbuatannya -- bahkan kadang-kadang<br />

bagi mereka yang sudah mengerti. Tetapi, kita harus menyadari<br />

perbedaan ini.<br />

Pertanyaan yang kadang-kadang diberikan, apakah ada kehendakbebas<br />

dalam Buddhisme. Jawabannya sudah jelas: setiap perbuatan<br />

merupakan pengaplikasian dari pilihan baik atau buruk. Dengan<br />

demikian, meskipun tindakan-tindakan kita terbatas oleh pilihanpilihan,<br />

tindakan-tindakan itu tidak sepenuhnya sudah ditentukan<br />

sebelumnya.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!